"Berceritalah," ujar Srigala.
"Dulu aku adalah seekor kucing yang sangat lucu, buluku lebat, ekorku panjang dan menggemaskan. Bahkan mereka memberiku nama yang sangat cantik. Emely, begitu mereka selalu memanggilku."
"Lalu?"
"Tapi sekarang? Lihatlah, tubuhku kurus, banyak kutu dan virus dalam tubuhku yang membuat bulu-bulu indahku menjadi rontok. Majikanku tidak pernah lagi membawaku kedokter hewan. Dia malah membuangku di tepi hutan," papar sang Kucing.
Srigala tidak berkata apapun, ia hanya memperhatikan, menatap iba kepada Kucing yang mulai menangis.
"Apakah kau tidak bisa hidup tanpa tuanmu?"
"Aku tidak tahu, selama ini, aku selalu diberi makan dengan makanan yang lezat. beberapa minggu ini majikanku tidak pernah lagi memberikan makanan kesukaanku, mereka hanya memberiku apa saja sisa makan mereka," kenang Kucing dengan wajah yang semakin murung.
Srigala menawarkan Emely untuk ikut dengannya ke tengah hutan. Awalnya Emely menolak, tapi.... Ia pun tidak ingin sendirian di pinggir hutan yang mulai gelap.
Kedua hewan yang memiliki latar belakang berbeda. Sifat dan sikap yang bertolak belakang. Mereka berjalan bersama, sesekali mereka saling menoleh, hingga tiba di tengah hutan yang lebat.
"Di sini tempat tinggalku, jika kau mau, tinggallah bersamaku," ujar Srigala.
Emely memandang sekeliling ia tidak melihat apapun selain warna hitam pekat. "Bagaimana kau bisa hidup di tempat seperti ini? lalu jika hujan di mana kita akan berteduh?" ucap Emely.