"Ternyata mereka tidak sebuas yang aku bayangkan," batin Emely melihat kedua sahabat barunya.
Emely tidak dapat tertidur pulas di dalam hutan, bayangan-bayangan binatang buas masih menghantuinya. Hingga pagi tiba, kokok ayam hutan mulai terdengar. Perlahan cahaya mentari menerobos masuk, bak kilauan permata menempa titik embun di ujung dedaunan.
Keempat kaki kurus yang nyaris tanpa bulu, melangkah keluar dari goa kecil, ia melihat Srigala masih terlelap, semantara Ahool tidak di ketahui di mana keberadaannya.
Ia terus berjalan ke tempat di mana tuannya meninggalkan dia di hari itu, hati kecilnya masih berharap jika tuannya akan menjemputnya kembali.
Hingga matahari meninggi ia masih tetap terpaku di bawah pohon, pinggir hutan, di tengah keputus asaan, ia melihat mobil melintas, ya... mobil yang sangat ia kenal.
Ia berlari mengikuti mobil tersebut, namun sia-sia. Mobil itu melesat begitu cepat, ia pun kembali ke sarang Srigala.
"Dari mana saja kau?" tanya srigala.
"Aku baru saja melihat mobil tuanku, melaju kencang ke arah barat."
"Lantas apa yang akan kamu lakukan?" tanya Srigala.
"Aku ingin menyusulnya."
"Apakah rumah tuanmu dekat dari sini."