Mohon tunggu...
neneng salbiah
neneng salbiah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada buku yang ingin kau baca, namun kau tak menemukannya, maka kaulah yang harus menulisnya!

Apa yang kamu lihat itu adalah berita. apa yang kamu rasakan itu adalah puisi dan apa yang kamu khayalkan itu adalah fiksi. saya berharap pembaca tidak menghakimi tulisan-tulisan yang ada di blog ini. karena saya penulis pemula. belum pandai dalam menata ide pokok cerita dalam sebuah paragraf yang sempurna. Seorang ibu rumah tangga yang sedang belajar menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Emely, Srigala Dan Haool (Cerita fabel)

21 April 2024   14:30 Diperbarui: 21 April 2024   14:39 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber fhoto Konten Kreator Digital Ai

Emely, Srigala dan Haool

Sekor kucing bebadan kurus, dengan ekor panjang. Duduk termenung di bawah pohon besar. Pinggir hutan sepi tanpa penghuni.

Disaat sang kucing meratapi nasibnya. Datang seekor Srigala dan berjalan mendekatinya. kucing tersebut menoleh ke arah Srigala lalu mundur beberapa langkah.

'Hei... sepertinya kau bukanlah penghuni hutan ini," tanya Srigala.

"Aku memang bukan penghuni hutan ini," jawab kucing dengan raut wajah sedih bercampur takut.

"Lalu kenapa, kau berada di sini dan wajahmu... terlihat murung?" Srigala berucap seraya mendekati kucing tersebut.

"Apa mau kamu? Jangan mendekat!" seru sang kucing.

"Kenapa? Kau takut? Tenang saja, aku tidak akan memangsamu, selera makanku hilang melihat tubuhmu yang kurus," ucap Srigala dengan senyum yang mengejek.

Kucing itu pun duduk di antara dedaunan kering. Ia kembali murung dan merebahkan tubuhnya dengan kepala bertumpu di kedua kaki depan.

Srigala kembali melangkah mendekat. Ia duduk di hadapan kucing yang nampak semakin sedih.

"Berceritalah," ujar Srigala.

"Dulu aku adalah seekor kucing yang sangat lucu, buluku lebat, ekorku panjang dan menggemaskan. Bahkan mereka memberiku nama yang sangat cantik. Emely, begitu mereka selalu memanggilku."

"Lalu?"

"Tapi sekarang? Lihatlah, tubuhku kurus, banyak kutu dan virus dalam tubuhku yang membuat bulu-bulu indahku menjadi rontok. Majikanku tidak pernah lagi membawaku kedokter hewan. Dia malah membuangku di tepi hutan," papar sang Kucing.

Srigala tidak berkata apapun, ia hanya memperhatikan, menatap iba kepada Kucing yang mulai menangis.

"Apakah kau tidak bisa hidup tanpa tuanmu?"

"Aku tidak tahu, selama ini, aku selalu diberi makan dengan makanan yang lezat. beberapa minggu ini majikanku tidak pernah lagi memberikan makanan kesukaanku, mereka hanya memberiku apa saja sisa makan mereka," kenang Kucing dengan wajah yang semakin murung.

Srigala menawarkan Emely untuk ikut dengannya ke tengah hutan. Awalnya Emely menolak, tapi.... Ia pun tidak ingin sendirian di pinggir hutan yang mulai gelap.

Kedua hewan yang memiliki latar belakang berbeda. Sifat dan sikap yang bertolak belakang. Mereka berjalan bersama, sesekali mereka saling menoleh, hingga tiba di tengah hutan yang lebat.

"Di sini tempat tinggalku, jika kau mau, tinggallah bersamaku," ujar Srigala.

Emely memandang sekeliling ia tidak melihat apapun selain warna hitam pekat. "Bagaimana kau bisa hidup di tempat seperti ini? lalu jika hujan di mana kita akan berteduh?" ucap Emely.

"Teruslah melangkah kedepan, di sana ada goa kecil tempatku berteduh," ucap Srigala.

Emely melakukan perintah Srigala, perlahan ia berjalan menuju goa yang di maksud sahabat barunya.

Setibanya di goa kecil. Emely merebahkan tubuh. Ia kembali teringat perlakuan majikannya. Bersama dengan itu, Srigala melompat ke atas gundukan batu besar, duduk tegap dengan di topang kedua kaki depannya.

Tidak lama setelah itu, Srigala mengeluarkan lolongan panjang beberapa kali, hingga Emely terbangun dari tidurnya.

"Srigala, sudahlah! Lolonganmu membuatku takut," seru Emely seraya mendongakkan kepala ke arah Srigala.

Dengan sekali lompatan, Srigala turun dari gunungan batu yang cukup tinggi lalu berjalan mendekati Emely.

"Sudah mulai cerewet kau!" seru Srigala sambil berjalan melewati Emely.

"Hei...! Kau mau kemana?! Apakah kau akan meninggalkanku di sini?" seru, Emely.

"Aku akan mencari makanan untukmu! tunggulah disini," ujar Srigala.

Namun, Emely tetap ingin ikut, meski Srigala terus melarangnya. Karena kondisi hutan yang gelap dan banyak jalan yang terjal, Emely meyakinkan Srigala jika ia masih bisa berlalri dan melompat, meski tubuhnya kurus.

Srigala pun menyerah menghadapi Emely yang sedeikit cerewet, mereka berjalan bersama menyusuri hutan, menuju sungai.

"Srigala! Lihat! Hewan apa itu?" ucap Emely seraya menarik ekor Srigala. Menunjuk ke arah seekor hewan berukuran besar, sedang berjongkok di antara bebatuan gunung dan pohon-pohon.

Kedua sayap besar membungkus tubuh tingginya dengan kepala dan wajah seperti campuran antara manusia dan kelelawar.

"Itu namanya Ahool, dia penghuni gunung ini," bisik Srigala.

ilustrasi binatang Fabel penghuni Gunung salak Jawa Barat. (Sumber gambar konten kreator digital Ai)
ilustrasi binatang Fabel penghuni Gunung salak Jawa Barat. (Sumber gambar konten kreator digital Ai)

"Ahool?" tanya Emely. Ia teringat akan cerita yang sering di bacakan tuannya, dulu di rumah besar itu. Emely selalu berada di kamar putri kecil sang majikan, ia selalu menceritakan dongeng-dongeng legenda dan Emely turut mendengarkannya.

"Ahool, hewan raksaksa yang buas penghuni gunung salak?" kembali Emely bertanya, Srigala mengangguk. Dengan wajah penasaran bercampur takut, Emely terus menatap hewan raksaksa tersebut. Bulu yang berwarna abu gelap, sayap yang membungkus tubuhnya seperti kelelawar rasaksa.

"Ahoooollll...!!" tiba-tiba hewan raksaksa itu bergerak dan membunyikan suara. Emely maupun Seigala terkejut, mundur beberapa langkah.

Ahool membentangkan sayapnya. Sayap yang sangat besar dan panjang, mata besarnya terbuka, nampak bulu halus dan pendek di sekitar dada dan kaki.

"Sedang apa dia di sini?"

"Dia biasa mencari makan di sungai ini," jawab Srigala.

Ahool, membungkukan tubuh, melihat keberadaan dua mahluk kecil di hadapannya.

"Apa yang akan dia lakukan?! Apakah dia akan memangsa kita?" bisik Emely seraya berlindung di balik tubuh Srigala.

"Dia hanya memangsa ikan di sungai, mana mungkin dia mau memangsa tubuhmu yang kurus tanpa dagiang," ujar Srigala, Emely melirik sisnis ke arah Srigala.

"Sedang apa kalian di sini?' tanya Ahool.

"Aku... Aku ingin mencari ikan," jawab Srigala.

"Ikan? Bukankah kau Srigala yang suka memangsa danging?" Ahool kembali bertanya.

"Bukan...! Bukan untukku tapi...untuk sahabatku Emely," jawab Srigala cepat.

"Sahabat? Apakah dia akan baik-baik saja bersamamu?" ucap Ahool sambil menatap tajam Srigala.

"Tentu... aku tidak bernafsu untuk memangsa hewan kecil yang kurus dan penyakitan," ucap Srigala.

Emely mengigit ekor Srigala hal itu membuat Srigala sedikit meloncat.
"Apa yang kau lakukan?!" serunya terkejut.

"Berhentilah mengejekku!" hardik Emely.

Ahool, menawarkan bantuan untuk menangkap ikan-ikan di sungai, tentu Emely maupun Srigala menerimanya dengan senang hati. Sejak malam itu tiga hewan yang memiliki sifat dan latar belakang yang berbeda menjadi sahabat.

"Ternyata mereka tidak sebuas yang aku bayangkan," batin Emely melihat kedua sahabat barunya.

Emely tidak dapat tertidur pulas di dalam hutan, bayangan-bayangan binatang buas masih menghantuinya. Hingga pagi tiba, kokok ayam hutan mulai terdengar. Perlahan cahaya mentari menerobos masuk, bak kilauan permata menempa titik embun di ujung dedaunan.

Keempat kaki kurus yang nyaris tanpa bulu, melangkah keluar dari goa kecil, ia melihat Srigala masih terlelap, semantara Ahool tidak di ketahui di mana keberadaannya.

Ia terus berjalan ke tempat di mana tuannya meninggalkan dia di hari itu, hati kecilnya masih berharap jika tuannya akan menjemputnya kembali.

Hingga matahari meninggi ia masih tetap terpaku di bawah pohon, pinggir hutan, di tengah keputus asaan, ia melihat mobil melintas, ya... mobil yang sangat ia kenal.

Ia berlari mengikuti mobil tersebut, namun sia-sia. Mobil itu melesat begitu cepat, ia pun kembali ke sarang Srigala.

"Dari mana saja kau?" tanya srigala.

"Aku baru saja melihat mobil tuanku, melaju kencang ke arah barat."

"Lantas apa yang akan kamu lakukan?" tanya Srigala.

"Aku ingin menyusulnya."

"Apakah rumah tuanmu dekat dari sini."

"Mereka memiliki rumah di kaki gunung, mereka biasa menyebutnya Villa."

Emely dan Srigalapun menyusun rencana, dan ia hendak meminta bantuan Ahool, namun sudah beberapa jam mereka mencari belum juga di temukan keberadaannya.

Hingga menjelang sore Srigala baru melihat keberadaan Ahool di balik air terjun tengah hutan.

sumber gambar Konten Kreatror digital Ai
sumber gambar Konten Kreatror digital Ai

Hewan besar itu sedang berjongkok dengan selimut sayapnya yang besar. Srigala melompat-lompat di bebatuan untuk mendatangi hewan raksaksa itu, sementara Emely menunggu di sebrang sungai.

Srigala menceritakan maksud dan tujuan mencarinya, Ahool pun bersedia membantu.

Gelap malam mulai meraja, angin menghembus menerpa ranting dan dedaunan, suara biantang-binatang hutan mulai bersahutan, suara tonggeret yang menguasi sore mulai senyap. Berganti dengan suara burung hantu dan burung gagak yang seakan ingin menunjukan kekuasaannya.

Emely sudah berada di punggu Ahool, siap dengan perjalanan udara, semetara Srigala sudah menyiapkan diri untuk berlari menuju tempat majikan Emely.

"Apakah kau sudah siap?' tanya Ahool.

Emely menganguk, meyakinkan sang sahabat raksaksanya.

"Pegangan yang kuat," ucap Ahool seraya mengepakkan sayapnyan yang panjang.

Mereka pergi menuju Villa yang di tunjukan Emely, tidak berapa lama mereka tiba di depan gerbang Villa yang nampak sepi.

Emely berjalan mengendap, semua lampu ruangan rumah tersebut nampak gelap, hanya ada satu ruangan yang bercahaya.

"Itu tuanku!" seru Emely menoleh ke arah Srigala dan Ahool.

Ketiga herwan itu menempelkan telinganya di dinding jendela.

"Kini hidupku sudah hancur! Mungkin lebih baik aku mati...!" terdengar ucapan dari dalam ruangan.

"Apa yang akan dia lakukan?" bisik Emely.

"Sepertinya tuanmu sedang mengalami masalah dalam hidupnya," ucap Srigala.

"Dan sekarang dia ingin bunuh diri, lihatlah tali yang menggantung di hadapannya" lanjut Srigala.

"Lakukan sesuatau, aku tidak ingin dia mati." ucap Emely panik.

"Biarkan saja dia mati, bukankah dia sudah bersikap jahat terhadapmu?" papar Srigala.

"Tidak, aku sangat menyayanginya, semua yang dia lakukan tidak jahat, mungkin dia mau aku tetap hidup," bela Emely.

"Dengan meninggalkanmu di hutan?' Ahool angkat suara.

"Aku mohon, lakukan sesuatu..." ucap Emely sambil menangis.

Srigala melompat ke atas genting dan melolong dengan panjang, begitu pun dengan Ahool yang mengaum mengeluarkan suaranya yang khas.

Di saat mereka bersuara secara bersamaan, tiba-tiba jendela terbuka. Suara-suara binatang itu mengalihkan perhatiannya majikan Emely yang sedang meratapi hidunya sendiri di dalam kamar.

Sang majikan terkejut melihat Emely sedang duduk dan tersenyum menghadapnya.

"Emely?!" bukankah sudah kubuang di hutan?" tanyanya heran.

Dengan santai Emely mendekati sang majikan, bergelayut manja di kedua kaki tuannya. Ada kerinduan dari tatapan seekor kucing terhadap tuannya dan itu membuat hati sang tuan merasa tersentuh lalu memeluknya.

Sang tuan pun masuk kembali kedalam rumah, Emely berbalik melihat dua sahabatnya yang sudah menunggu.

"Terimakasih untuk bantuan kalian, majikanku tidak jadi bunuh diri," ucap Emely.

"Jagalah tuanmu baik-baik, kami akan kembali kehutan," ucap Srigala.

"Apakah aku tidak boleh ikut kalian lagi?" tanya Emely.

"Tempatmu di sini, bukan di hutan," ujar Ahool.

"Lihatlah, tuanmu lebih membutuhkan teman sepertimu, ketimbang kami," papar Srigala.

Akhirnya Emely menuruti ucapan sahabat-sahabatnya.

"Terimakasih sudah mau menjadi sahabatku, aku pasti akan merindukan kalian," ucap Emely seraya memeluk satu persatu sahabatnya.

"Hai... binatang manja...! kami pun pasti akan merindukanmu," jawab Srigala.

Emely melepas kepergian para sahabatnya dengan linangan air mata. "Kalian memang menyeramkan, tapi... kalian tidak sebuas yang aku dan orang-orang fikirkan, selamat jalan sahabat," gumam Emely. Ia pun berlari mendekati sang majikan yang sudah menunggunya di depan pintu.

Hidup adalah mimpi yang harus di raih. Perjuangan yang harus di menangkan dan anugrah yang harus di syukuri.

Setiap kita memiliki masalah namun setiap masalah pasti ada jalan keluarnya, jangan pernah ragu dalam melakukan sesuatu yang berniali kebaikan dan jangan pernah memandang apa, siapa dan bagaimana sebelum kita mengenalnya lebih dekat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun