Mohon tunggu...
Salfadilla Nashwa Sulaeman
Salfadilla Nashwa Sulaeman Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

SMA NEGERI 2 MAGELANG

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dandelion

19 November 2020   17:08 Diperbarui: 19 November 2020   17:35 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Udara siang yang begitu menyengat, membuat aku sedikit berkeringat. Tetapi, udara yang menyibakkan rambutku dan mengenai leherku membuat aku sedikit tenang. Aku pejamkan mataku dan seakan semua masalahku bisa lepas begitu saja. Itu lah yang selalu aku rasakan jika aku duduk diatas jok motor yang sama dengan Jery, kenyamanan.

"Yuk masuk Jer", ajakku.

"Ma, kedatangan tamu jauh ni. Katanya kangen!" Teriakku dari ruang tamu, sambil meletakkan tas ku diatas kursi tamu, dan melepas cardiganku.

Suara langkah menuju ruang tamu mulai terdengar. Ya, itu mama dengan daster kesukannya dan tentunya wajah sumringah melihat Jery yang ada di kursi tamu itu. Jery memang telah dianggap anak oleh mama, mama bahkan bilang, 'Jery itu seperti kakakku' entah apa yang ada dipikiran mama saat itu menganggap Jery adalah kakakku. Aku tak begitu menghiraukannya saat itu.

Jery dan mama sangat asik ngobrol berdua. Bahkan mereka lupa jika dalam satu rumah yang sama terdapat anak gadis yang cantik. Begitulah mereka jika bertemu. Melupakan segala hal, dan dunia terasa milik mereka berdua. Papa juga pasti senang jika aku "membawa pulang" Jery, sayangnya papa sedang tidak dirumah. Ya tentu papa suka, karena Jery adalah "si jenius" yang mau masuk UI kedokteran. Mimpi Jery sama dengan mimpi papa. Tapi bedanya, Jery akan mewujudkan mimpinya sendiri, sedangkan papa, akan membuat boneka manusia yang disebut "anak" sebagai mesin pewujud mimpinya itu.

Jam rumah menunjukkan pukul 17.00. Jery pamit pulang padaku dan mama. Dia bertitip pesan padaku agar menyampaikan salamnya pada papa. Mukaku sangat jengkel pada saat itu. Karena aku tau Jery sedang jail padaku. Jery tau jika aku dan papa tidak sedikit akrab, makannya dia memintaku untuk menyampaikan salamnya.

Keesokan harinya, seperti biasanya jam alarm handphone ku berbunyi lagi. Aku langsung bangun saat itu, tanpa dibangunkan mama terlebih dahulu. Aku segara mandi dan turun ke bawah. Entah kenapa hari ini, aku terasa sangat lapar. Betapa terkejutnya aku ketika aku melihat sosok berbadan tinggi, menggunakan seragam pilot.

"PAPAH?!" teriakku sedikit terkejut.

"Eh Ven udah bangun? Sini, papa mau bilang sesuatu sama kamu", jawab papa sambil menepuk-nepukkan tangannya di atas kursi yang terletak di sebelahnya.

"Apa pah?" Jawabku sambil duduk dan sedikit murung. Karena aku sudah tau topik pembicaraan ini akan menuju kemana. Antara tempat les baru, olimpiade, atau UI kedokteran.

"Papa udah denger semalem, bakal ada olimpiade kimia. Kamu harus ikut ya? Biar bisa masuk kedokteran nak"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun