Tiba-tiba saja, terdengar derap langkah kaki seperti terburu-buru dari arah kebun belakang, "Ven, astagfirullah mama lupa banget, hari ini kang Adi kan ga bisa antar, makannya jam segini kang Adi belum sampai"
"Astagaa mama, gimana sih kok ga bilang dari tadi, aduhh aku kan espect nya kang Adi yang anterin pake motor bebeknya itu. Aduhh udah udah, ini ga jadi deh sarapannya aku minum susu saja". Gluk gluk gluk.. aku meminum susu secepat yang aku bisa. Aku langsung mengambil tas dan cardigan Lilac ku diatas kursi.
"Buruan mah Salim, udah ga ada waktu" kataku tergesa sambil meraih tangan mama ku.
"Kamu naik apa hari ini? Gojek aja? Mama kasi uang lebih nih"
"Iya mah gojek aja deh, aku cari driver dulu"
Waktu berjalan sudah hampir 5 menit, dan aku belum juga mendapat driver. Entah ada masalah apa pagi ini, tapi sepertinya aku begitu sial. Gojek yang sedari tadi aku pesan, selalu mendapat cancel-an. Aku mulai panik dan berkeringat.
"Duh mah dari tadi dicancel Mulu sama drivernya, udah deh naik bajai aja" kataku dengan muka yang aku kerutkan.
"Yauda yauda cepetan sana, hati-hati Ven"
Aku langsung lari pergi ke depan gapura perumahan. Beruntungnya, didepan perumahan persis ada bajai yang sedang mangkal. Aku langsung menaiki bajai itu, dan berharap aku tidak telat pagi ini.
Ya, itulah keadaan pagiku hari ini untuk menyambut hari pertama ajaran baru, memasuki kelas 11. Aku Clemira Venus Maezura. Anak perempuan semata wayang di keluarga ya--yang cukup harmonis bisa dibilang begitu, mmm.. aku sih tidak begitu yakin. Orang-orang memanggilku dengan sebutan Venus. Aku cukup dikenal sebagai sosok yang ambisius, tidak mau dikalahkan, dan sedikit egois. "Si ranking 1" adalah julukan ku di sekolah. Entahlah, aku memang terkenal pandai, semua itu juga aku rasa karena tuntutan belajar yang selalu papa aku berikan. Aku orangnya terlalu panikan, mudah cemas, sedikit overthinking, sedikit perasa, dan mudah menangis. Walaupun cengeng, aku bisa dengan mudahnya kembali ceria kok.
"Eh mbak, udah sampe ini. Mbakk! Mbak!" Supir bajai tadi berusaha meraih tanganku, berusaha untuk membuyarkan lamunanku agar aku bisa segera turun.