Kini terjawab sudah teka-teki sang penari lengger selama ini. Betapa lugunya gadis itu. Saking lugunya, sampai-sampai dia tidak tahu siapa yang menghamilinya. Betapa malang nasib sang primadona lengger lereng Sumbing ini. Kini dia menanggung beban yang mestinya dia belum siap. Kini hanya kepada Jono dia berharap dapat melindunginya dan menjadi ayah dari bayi yang ada di perutnya.
Praktis, sejak Surti hamil order menarinya berhenti. Tak ada yang mau nanggap. Kalau pun ada, Jono melarangnya menerima tanggapan.
"Biarlah yang lain yang menggantikanmu, Sur. Di lereng Sumbing ini masih banyak penari sepertimu. Berilah mereka kesempatan untuk menjadi terkenal dalam melestarikan kesenian kita," kata Jono kepada Surti.
"Iya, Kang. Biar lengger tetap lestari. Â Tapi Kang, aku berharap jangan mereka seperti aku," kata Surti sambil merebahkan kepalanya di pelukan Jono.
Berkat keterusterangan Surti, kini sesuatu yang mengganjal di hati Jono sirna sudah. Hingga Jono membiarkan Surti bersandar di pelukannya. Jono memaklumi, bahwa kejadian itu karena 'kecelakaan' akibat keluguan Surti sebagai anak dusun yang hanya tamat SD. Kini perasaan antara majikan dan buruh di hati Jono telah hilang. Kini dia melihat Surti sebagai istrinya yang wajib dia cintai dan dia lindungi. (*)
Â
Gunung Sumbing Agustus 2019