Mohon tunggu...
Narwan Eska
Narwan Eska Mohon Tunggu... Jurnalis - Pemahat Rupadhatu

Berkelana di belantara sastra, berliterasi tiada henti

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Surti

28 Agustus 2019   18:58 Diperbarui: 28 Agustus 2019   19:04 246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: stalktr.com

Surti mendekap tubuh Jono sambil memegangi tas pakaiannya. Dengan demikian, Surti merasa lebih hangat. Jono tak memberi reaksi apa pun atas ulah Surti. Dia merasa sudah biasa, karena tidak hanya baru sekali itu. Namun setiap Surti berada di boncengan motornya. Setiap pergi dan pulang menari. Jono hanya menjalankan tugas yang dipercayakan Pak Marto kepadanya. Menjaga Surti, penari lengger yang mulai naik daun di kawasan lereng gunung Sumbing.

Sesampai di rumah orang yang menyeleng-garakan 'lenggeran', Surti segera disambut oleh tuan rumah dan orang-orang yang hadir di situ. Jono membawakan tas pakaian Surti dan mengikuti di belakangnya. Di sekitar panggung para pemuda memanggil-manggil nama Surti sambil melambai-kan tangan. Surti pun membalas lambaian mereka. Surti benar-benar bagai artis ibukota yang sedang berkunjung ke desa. Segera Surti dan Jono dipersilakan masuk ke ruang tamu yang di sana sudah tersaji berbagai hidangan, tentu saja hidangan khas pegunungan.

Malam merambat semakin gelap dan dingin. Para penonton sudah berjubel. Berdesak-desakkan memadati sekitar panggung. Tua dan muda, laki-laki dan perempuan hingga anak-anak ingusan pun turut berdesakan. Tujuan mereka sama, ingin menikmati lengger yang ditampilkan oleh para penari yang cantik-cantik, terlebih salah satu penari itu adalah idola mereka, Surti sang primadona lengger saat ini.

Gamelan segera mengalun, kendang pun menyentak bertalu-talu. Para penari mulai tampil di pentas bergantian. Malam ini benar-benar istimewa, karena yang punya hajat mendatangkan empat penari sekaligus, termasuk Surti.

Satu, dua, tiga penari sudah tampil berturut-turut dan sangat memikat penonton. Lenggang tubuh gemulai membuat penonton betah berdiri di sekitar panggung.

"Ayo, Surti ... naik!" teriak seorang penonton seakan tak sabar.

"Ya, ayo Sur!" yang lain menimpali.

Jarum jam menunjukkan pukul setengah dua belas malam. Kabut mulai menusuk-nusuk kulit dan tulang. Namun tak membuat penonton meninggalkan tempat, justru mereka kelihatan gerah. Gerah karena tak sabar ingin segera melihat gemulai tubuh Surti menarikan lengger. Bahkan kalau untung mereka dapat menari berdua di atas panggung dengan sang idola.

Hentakan kendang mengawali tampilnya sang primadona lengger. Riuh penonton menyambut dengan siulan-siulan panjang, tepuk tangan, dan teriakan-teriakan memuji.

Sementara Jono justru mulai merebahkan tubuhnya di ranjang tempat Surti ganti pakaian. Jono tahu, paling tidak Surti akan tampil sekitar dua jam di panggung. Jadi dia bisa istirahat sambil menunggu Surti turun dari panggung.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun