Jono tersentak ketika Surti membangunkan tidurnya. Matahari telah bertengger di langit timur, tepat di punggung Merapi. Jono segera meninggalkan ruangan dan mencuci mukanya. Bingung sekali dia. Baru kali ini dia terlelap sampai pagi. Biasanya dia terbangun saat Surti turun dari panggung.
"Kenapa bisa jadi begini?" tanyanya dalam hati.
Berkali-kali Jono mengumpat diri sendiri. Kata-kata kesal meluncur dari mulutnya yang belum sempat gosok gigi.
"Bagaimana Sur, kita kesiangan?"
"Tak apa Kang. Aku juga kesiangan kok," jawab Surti sembari mengemasi pakaian.
"Kenapa bisa begitu?"
"Mbohlah, Kang," jawab Surti datar.
Jono semakin bingung. Biasanya Surti turun panggung terus membangunkannya. Tapi kali ini tidak. Surti pun kelihatannya tak terlalu resah karena kesiangan. Tapi Jono tak begitu mempedulikan hal itu. Meskipun dari roman muka Surti, Jono melihat ada suatu ketidakberesan. Entah perasaan apa yang ada di hati Surti. Kali ini ia tidak berbagi rasa dengan Jono, ia simpan sendiri perasaan di hatinya.
***
"Apa?"
"Betul Kang Jono, Surti hamil!"