Selasa, 6 Agustus 2024
Langit malam yang begitu gelap, diiringi petir dan suara guntur yang mengagetkan.Â
Seharusnya aku segera saja masuk ke kamar, mendekap suamiku mencari kehangatan dan keamanan.Â
Tapi aku lebih memilih disini, berada di ruang tamu, sambil menatap jendela yang memberi pemandangan hujan deras di malam hari.Â
"Belum tidur?", suara suamiku, Abbas, langsung membuatku bergidik ngeri, namun aku mencoba tetap tenang, tidak mau terlalu banyak memberikan gerak respon yang mendorong dirinya melakukan hal yang lebih menakutkan.
"Belum, sebentar lagi aku akan menyusul, kamu tidur dulu saja", sahutku dengan suara setenang mungkin.
"Jangan terlalu malam, ya, tidurnya", Abbas mengingatkanku sembari mencium keningku.Â
Ya, Tuhan... siapa dia sebenarnya? Mengapa detik sebelumnya sangat menakutkan, detik berikutnya begitu baik seakan tidak terjadi apa-apa?
Aku membalasnya dengan senyumnya, sembari memegang lengan atasnya, memberikan respon romantis. Respon yang harus kugunakan untuk melindungi diriku.
Beruntung ruangan ini hanya mengandalkan sinar dari lampu depan, sehingga ekspresiku sama sekali tidak terbaca.Â