Mohon tunggu...
Nadira Yuniar
Nadira Yuniar Mohon Tunggu... Lainnya - mahasiswa

aku suka memasak karna suka makan, aku juga suka dengerin lagu galau padahal ga lagi galau. cita cita aku jadi guru, tapi aku malu kalo berdiri didepan banyak orang. maklum gen z suka ada keanehan sih hehehehehe.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas Pilihan

Kecerdasan Emosial Dalam Mengenal Diri Sendiri

27 Januari 2025   15:22 Diperbarui: 27 Januari 2025   15:22 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

1. PENGENALAN KECERDASAN EMOSIONAL

EMOSI, berasal dari bahasa latin, yaitu emovere, yang berarti bergerak menjauh. Arti kata ini menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi. Menurut Daniel Goleman (2002 : 411) emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak. Biasanya emosi merupakan reaksi terhadap rangsangan dari luar dan dalam diri individu. Sebagai contoh emosi gembira mendorong perubahan suasana hati seseorang, sehingga secara fisiologi terlihat tertawa, emosi sedih mendorong seseorang berperilaku menangis. EMOSI berkaitan dengan Perubahan fisiologis dan Berbagai pikiran Jadi, emosi merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia, karena emosi dapat merupakan motivator perilaku dalam arti meningkatkan, tapi juga dapat mengganggu perilaku intensional manusia.

emosi dibedakan menjadi 2, yaitu emosi positif dan emosi negatif. keduanya terdapat nilai netral atau yang tidak jelas posisinya. 

  • emosi positif berperan memicu kesejahteraan emosional, dan memfalitasi dalam mengatur emosional negatif, jika emosi orang positif maka itu mempermudah dalam mengatur emosi yang tiba2 datang. emosi positif biasanya memiliki rasa sayang, aman, senang.
  • emosi negatif  menghasilkan permasalahan yang mengganggu individu maupun masyarakat. emosi negatif diantaranya, marah, sedih, dendam, takut, curiga.

Moebius syndrome, yakni kondisi hilangnya saraf yang berfungsi  membawa perintah dari otak  ke otot wajah. Mengakibatkan terlihat cemberut dan tidak dapat menunjukan dan tidak dapat menunjukan ekspresisenang.

EMOSI menurut para pakar psikologi berfokus pada 3 komponen :

1. Perubahan Fisiologis

2. Proses Kognitif

3. Pengaruh budaya

KECERDASAN EMOSI

kecerdasan emosional yang melibatkan kemampuan memantau persaan sosial yang melibat kemampuan pada orang lain. memilah milah semuanya dengan menggunakan informasi ini untuk membimbing pikiran dan tindakan. menjaga keselaraan emosi dan menggungkapkannya melalui keterampilan kesadaran diri, pengendalian diri, emosi diri, dan empati sosial. Koordinasi suasana hati adalah inti dari hubungan sosial yang baik. Apabila seseorang pandai menyesuaikan diri dengan suasana hati individu yang lain atau dapat berempati, orang tersebut akan memiliki tingkat emosionalitas yang baik dan akan lebih mudah menyesuaikan diri dalam pergaulan sosial serta lingkungannya.

Lima dasar kemampuan dalam kecerdasan emosi:

1. mengenali emosi diri ( self awerness)

2. mengelola emosi ( self regulation)

3. memotivasi diri sendiri (motivasion)

4. mengenali emosi orang lain (empaty)

5. membina hubungan (sisial skill)

Faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosi. Internal Faktor internal memiliki dua sumber yaitu, Segi jasmani faktor fisik dan kesehatan individu, apabila fisik dan kesehatan seseorang dapat terganggu dapat dimungkinkan mempengaruhi proses kecerdasan emosinya dan Segi psikologis mencakup didalamnya pengalaman, perasaan, kemampuan berfikir dan motivasi. Eksternal Faktor ekstemal meliputi:Stimulus atau pemicu itu sendiri.Lingkungan atau situasi khususnya yang melatarbelakangi proses kecerdasan emosi yaitu, Stimulus atau pemicu itu sendiri dan Lingkungan atau situasi khususnya yang melatarbelakangi proses kecerdasan emosi.

2. MODEL-MODEL KECERDASAN EMOSI

1. Mengenali Emosi Diri / Kesadaran Diri

Mengenali emosi diri sendiri merupakan suatu kemampuan untuk mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi. Kemampuan ini merupakan dasar dari kecerdasan emosional (para ahli psikologi menyebutnya sebagai metamood), yakni kesadaran seseorang akan emosinya sendiri. Kesadaran diri membuat kita lebih waspada terhadap suasana hati maupun pikiran tentang suasana hati, bila kurang waspada maka individu menjadi mudah larut dalam aliran emosi dan dikuasai oleh emosi. Kesadaran diri memang belum menjamin penguasaan emosi, namun merupakan salah satu prasyarat penting untuk mengendalikan emosi sehingga individu mudah menguasai emosi.

2. Mengelola Emosi / Pengaturan Diri

Mengelola emosi merupakan kemampuan individu dalam menangani perasaan agar dapat terungkap dengan tepat, sehingga tercapai keseimbangan dalam diri individu. Menjaga agar emosi yang merisaukan tetap terkendali merupakan kunci menuju kesejahteraan emosi. Emosi berlebihan, yang meningkat dengan intensitas terlampau lama akan mengoyak kestabilan kita . Kemampuan ini mencakup kemampuan untuk menghibur diri sendiri, melepaskan kecemasan, kemurungan atau ketersinggungan dan akibat-akibat yang ditimbulkannya serta kemampuan untuk bangkit dari perasaan-perasaan yang menekan.

3. Motivasi Diri

Mencapai Prestasi harus dilalui dengan Motivasi dalam diri Individu, yang memiliki perasaan Optimis. kemampuan ini didasari dengan kemampuan diri terhadap kepuasaan dan mengendalikan hati.

4. Mengenali Emosi Orang Lain / Empati

Menurut Goleman kemampuan seseorang untuk mengenali orang lain atau peduli, menunjukkan kemampuan empati seseorang. Individu yang memiliki kemampuan empati lebih mampu menangkap sinyal-sinyal sosial yang tersembunyi yang mengisyaratkan apa-apa yang dibutuhkan orang lain, sehingga ia lebih mampu menerima sudut pandang orang lain, peka terhadap perasaan orang lain dan lebih mampu untuk mendengarkan orang lain. Orang-orang yang mampu membaca perasaan dan isyarat non verbal lebih mampu menyesuiakan diri secara emosional, lebih populer, lebih mudah bergaul, dan lebih peka. Seseorang yang mampu membaca emosi orang lain juga memiliki kesadaran diri yang tinggi. Semakin mampu terbuka pada emosinya sendiri, mampu mengenal dan mengakui emosinya sendiri, maka orang tersebut mempunyai kemampuan untuk membaca perasaan orang lain.

5. Membina Hubungan / Keterampilan Sosial

Kemampuan dalam membina hubungan merupakan suatu keterampilan yang menunjang popularitas, kepemimpinan dan keberhasilan antar sesama. Keterampilan dalam berkomunikasi merupakan kemampuan dasar dalam keberhasilan membina hubungan. Menangani emosi dengan baik ketika berhubungan dengan orang lain dan cermat membaca situasi dan jaringan sosial, berinteraksi dengan lancer, kemampuan mempengaruhi dan memimpin, bermusyawarah dan menyelesaikan perselisihan serta untuk bekerja dalam tim.

Model kecerdasan emosi Bar-On

1. Intrapribadi

Ranah Intrapribadi terkait dengan kemampuan kita untuk mengenal dan mengendalikan diri sendiri. Ini melingkupi:

  • Kesadaran diri, yaitu kemamapuan untuk mengenali perasaan dan mengapa kita merasakannya seperti itu dan pengaruh perilaku kita terhadap orang lain.
  • Sikap Asertif, yaitu kemampuan menyampaikan secara jelas pikiran dan perasaan kita, membela diri dan mempertahankan pendapat.
  • Kemandirian, yaitu kemampuan untuk mengarahkan dan mengendalikan diri.
  • Penghargaan diri, yaitu kemampuan untuk mengenali kekuatan dan kelemahan kita, dan menyenangi diri sendiri meskipun kita memliki kelemahan.
  • Aktualisasi diri, yaitu kemampuan mewujudkan potensi yang kita miliki dan merasa senang (puas) dengan prestasi yang kita raih dalam kehidupan pribadi.

2. Antarpribadi

Ranah Antarpribadi berkaitan dengan keterampilan bergaul yang kita miliki, yaitu kemampuan kita berinteraksi dan bergaul baik dengan orang lain. Wilayah ini terdiri dari:

  • Empati, adalah kemampuan untuk memahami perasaan dan pikiran orang lain, kemampuan melihat dunia melalui sudut pandang orang lain.
  • Tanggung jawab sosial, adalah kemampuan untuk menjadi anggota masyarakat yang dapat bekerjasama dan bermanfaat bagi kelompok masyarakatnya

Hubungan antarpribadi mengacu pada kemampuan untuk menciptakan dan mempertahankan hubungan yang saling menguntungkan, ditandai oleh saling memberi dan menerima dan rasa kedekatan emosional.

3. Penyesuaian Diri

Ranah penyesuaian diri berkaitan dengan kemampuan untuk bersikap lentur dan realistis untuk memecahkan aneka masalah yang muncul. Ketiga skalanya adalah:

  • Uji realitas -- kemampuan untuk melihat sesuatu sesuai dengan kenyataannya, bukan sepertu yang kita inginkan atau kita takuti.
  • Sikap Fleksibel -- kemampuan untuk menyesuaikan perasaan, pikiran dan tindakan kita dengan keadaan yang berubah-ubah.
  • Pemecahan masalah -- kemampuan untuk mendefinisikan permasalahan, kemudian bertindak untuk mencari dan menerapkan pemecahan yang jitu dan tepat.

4. Pengendalian Stres

Ranah pengendalian stress terkait dengan kemampuan kita untuk tahan menghadapi stress dan mengendalikan implus. Kedua skalanya adalah:

  • Ketahanan menanggung stress -- kemampuan untuk tetao tenang dan berkonsentrasi dan secara konstruktif bertahan menghadapi kejadian yang gawat dan tetap tegar menghadapi konflik emosi
  • Pengendalian implus -- kemampuan untuk menahan atau menunda keinginan untuk bertindak.

5. Suasana Hati Umum

Ranah suasana hati umum juga memiliki dua skala.

  • Optimisme, adalah kemampuan untuk mempertahankan sikap positif yang realistis, terutama dalam menghadapi masa-masa sulit.
  • Kebahagiaan, adalah kemampuan untuk mensyukuri kehidupan, menyukai diri sendiri dan orang lain, dan untuk bersemangat serta bergairah dalam melakukan setiap kegiatan.

3. Anatomi Emosi, Mengenal Trauma dan Tempramen

Emosi dan rasa yang dimiliki oleh manusia, memiliki kegunaan untuk mewarnai hidupnya dengan berbagai macam emosi dan perasaan. Akan sulit bagi manusia untuk hidup secara maksimal dengan tanpa adanya emosi.  Emosi dan perasaan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia, karena sejatinya manusia memiliki emosi dan rasa. Makhluk secara alamiah memiliki yang namanya emosi menurut ahli psikologi ketika memandang manusia. Menyadur dari James (Purwanto dan Mulyono, 2006), emosi dikatakan sebagai keadaan jiwa yang dalam hal ini menampakkan suatu perubahan yang jelas pada tubuh manusia.

Menurut James (Purwanto dan Mulyono, 2006) Kegunaan Emosi diantaranya:

  • Emosi sebagai Sarana Mempertahankan Hidup. Dalam hal ini emosi dapat memberikan kekuatan manusia untuk mempertahankan dirinya dari gangguan atau rintangan di hidupnya.
  • Emosi sebagai Pembangkit Energi. Dalam kehidupan, emosi mampu memberikan semangat atau motivasi dalam kehidupan kita.
  • Emosi sebagai Pembawa Pesan. Biasanya, emosi mampu memberitahu bagaimana kondisi orang-orang yang berada di sekitar kita terutama untuk orang-orang yang kita sayangi dan cintai, sehingga mampu melakukan apa yang sesuai dengan perasaan yang dirasakan mereka saat itu.

Anatomi Pembajakan Emosi

Sebagian dari stimulus talamus langsung dikirim ke amigdala, sementara stimulus lainnya dikirim ke neokorteks atau "bagian otak berpikir". Bila amigdala merasakan adanya stimulus yang cocok, misalnya, pengalaman yang terekam di dalam hipokampus memberitahu amigdala bahwa stimulus tersebut merupakan situasi yang memerlukan reaksi fisiologis pertahanan diri dari ancaman bahaya, maka amigdala memicu HPA (hypothalmic-hipofisis-adrenal) aksis dan membajak otak rasional.  Aktivitas emosional otak ini memproses informasi beberapa milidetik lebih awal dibandingkan otak rasional, sehingga dalam kasus dimana terdapat kecocokan, amigdala bertindak sebelum mendapat arahan apapun dari neokorteks. Namun apabila amigdala tidak menemukan kecocokan di antara stimulus yang diterima dengan rekaman mengenai situasi yang mengancam, maka tindakan yang berlaku ialah yang berdasar pada arahan dari neokorteks. Saat amigdala merasakan ancaman, seseorang dapat melakukan hal yang tidak masuk akal/irasional serta dapat pula melakukan perusakan. 

Bagaimana Proses Pembajakan Emosi ?, Dalam anatominya, bagian otak yang paling bertanggung jawab atas pembajakan itu ialah amigdala, sebuah pusat di sistem limbik di dalam otak kita. Joseph LeDoux, seorang ahli saraf di Center for Neural Science di New York University, adalah orang pertama yang menemukan peran kunci amigdala dalam otak emosional. Ia mengungkapkan bahwa arsitektur otak memberi tempat istimewa bagi amigdala sebagai penjaga emosi, penjaga yang mampu membajak otak. Selain sebagai aktor utama dalam otak emosional, amigdala juga berperan sebagai gudang ingatan emosional. Bagi beberapa ahli saraf, hipokampus adalah bagian yang berperan dalam hal ingatan emosional itu. Namun bagi LeDoux, hipokampus hanyalah berperan untuk mengenali sebuah benda sedangkan amigdala yang memberikan memori terhadap benda tersebut. Misalnya, ketika Anda melihat foto mantan, hipokampus bekerja untuk mengenali bahwa itu adalah foto mantan Anda. Sedangkan bagian yang mengingatkan bahwa wajah itu telah memberikan rasa cinta dan rasa sakit dalam waktu yang sama adalah peran dari amigdala.

Amygdala Hijack

Amygdala Hijack atau Pembajakan Amigdala, sebuah istilah yang dipopulerkan oleh seorang pakar kecerdasan emosional, Daniel Goleman. Istilah tersebut merujuk kepada sebuah respons tiba-tiba di luar kesadaran manusia yang dipicu oleh dorongan emosional yang kuat. Misalnya, ketika tangan kita tersulut api maka dengan reflek kita akan menjauhkan tangan tersebut dari sumber api. Tindakan menjauhi api merupakan bentuk pembajakan yang dilakukan amigdala dalam otak manusia.

1. Amarah, Neokorteks juga memiliki peran akan emosi yang ada pada diri seseorang. Meskipun harus melewati proses berpikir yang penuh pertimbangan, seperti ketika kita menderita kehilangan lalu menjadi sedih, merasa bahagia setelah merebut kemenangan, atau merenenungkan ucapan teman kemudian merasa sakit hati. Neokorteks-lah yang sering menawarkan amarah yang lebih terukur atau menurut Benjamin Franklin dianggap sebagai amarah yang mempunyai alasan yang benar.

2. Keselarasan Emosi dan Nalar, Daniel Goleman dalam bukunya Emotional Intelligence memberitahukan bahwa di dalam otak kita, sakelar peredam ledakan amigdala itu terletak di ujung lain sirkuit penting neokorteks, yaitu di lobus-lobus prefrontal. Lazimnya, wilayah prefrontal mengatur reaksi emosional kita sejak awal. Di sanalah tempat dimana informasi dikoordinasikan lalu direncanakan dan diorganisasikan untuk menuju suatu sasaran, termasuk sasaran emosional. Namun sayangnya kita sering tidak tertarik proses panjang yang neokorteks tawarkan. Kita lebih memilihh amigdala yang mengambil alih kendali apa yang kita kerjakan sewaktu neokorteks masih dalam proses menyusun suatu keputusan. Ringkasnya kita selalu terburu-buru.

3. Pembajakan Positif, Goleman mengemukakan bahwa tidak semua pembajakan limbik menyusahkan. Ketika sebuah lelucon sangat mengena pada diri seseorang hingga membuat tawa mereka hampir meledak, hal itu juga merupakan respon limbik. Dengan demikian, pembajakan emosi berlangsung pula dalam momen sukacita yang intens.

4. Trauma Psikologis, Trauma psikologis adalah jenis disfungsi jiwa yang terjadi sebagai akibat dari perististiwa traumatic. Ketika trauma yang mengarah pada gangguan stress pascatrauma, disfungsi mugnkin melibatkan perubahan fisik dan kimia di dalam otak, yang mengubah repons seseorang terhadap stress masa depan. Beberapa hal yang mengakibatkan trauma, adalah : Kekerasan antar individu, Bencana alam, Kecelakaan transportasi , Kekerasan domestic, Penyiksaan, pekerjaan. 

Berdasarkan penyebabnya, trauma dikelompokkan menjadi beberapa jenis, yaitu :

  • Trauma akut, yaitu jenis trauma karena peristiwa membahayakan yang terjadi satu kali, seperti kecelakaan atau bencana alam.
  • Trauma kronis, yaitu jenis trauma karena kejadian buruk yang terjadi secara terus-menerus, seperti bullying atay kekerasan dalam rumah tangga.
  • Trauma kompleks, yaitu jenis trauma yang disebebkan oleh beberapa kejadian traumatis.

Penyebab Trauma, Penyebab utama dari trauma adalah kejadian atau peristiwa buruk yang dapat memengaruhi kondisi fisik maupun emosi, seperti bencana alam, kecelakaan, pelecehan seksual, dan kekerasan fisik. Selain itu, sejumlah faktor  yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami trauma asalah sebagai berikut: Mengalami bullying, Diabaikan oleh orang terdekat dan keluarga, Memiliki Riwayat masalah Kesehatan mental seperti cemas atau depresi, Memiliki keluarga dengan Riwayat gangguan mental, Memiliki pekerjaan yang beresiko menimbulkan kejadian traumatis, seperti anggota militer atau tenaga medis, Penyalahgunaan NAPZA, Mengkonsumsi minuman beralkohol secara berlebihan. 

4. PENGELOLAAN EMOSI

Mengelola emosi merupakan keterampilan penting yang sangat berpengaruh terhadap berbagai aspek kehidupan individu, mulai dari kesejahteraan pribadi, hubungan sosial, hingga kinerja profesional. Kemampuan ini menjadi semakin vital di era modern, di mana tuntutan hidup yang dinamis dan kompleks kerap menimbulkan tekanan emosional. Menurut Gross dan Hooria Jazairi (2014) Ketidakmampuan untuk mengatur emosi merupakan akar dari gangguan psikologis seperti depresi dan gangguan kepribadian lain.

Cara Mengendalikan Emosi Secara Psikologi

Lima langkah pendekatan yang dapat disesuaikan dengan situasi, yaitu:

1. Memilih Situasi

Hindari keadaan yang dapat memicu emosi. Terlebih emosi yang tidak diinginkan. Misalnya, kita merasa atau tahu bahwa kemungkinan besar akan marah ketika terlambat atau sedang terburu-buru, maka persiapkanlah hal itu di awal. Keluarlah dari rumah atau suatu tempat lebih cepat sehingga kita tidak akan marah atau terasa buru-buru. Contoh lainnya, missal kita sering kesal atau marah jika harus menunggu seseorang, maka bicarakan dengan seseorang tersebut untuk datang tepat waktu, jika tidak kita bisa memilih untuk tidak bertemu dengannya.

2. Memodifikasi Situasi

Apabila kita mudah kecewa terhadap sesuatu, kita bisa memodifikasi situasi supaya tidak tenggelam dalam kekecewaan tersebut atau mengurasi rasa kecewanya. Misalnya dalam bekerjasama dengan seseorang kita menginginkan kesempurnaan sehingga kerjasama berjalan lancar, namun terkadang rekan kita bekerja tidak sesuai yang kita harapkan. Bagaimana memodifikasinya? Cobalah ubah situasi dengan mencari cara yang sesuai dengan kemampuan tim atau rekan kerja kita, atau bisa juga kita menaruh target atau harapan yang tidak terlalu tinggi. Dengan begini rasa kecewa dapat kita hindari sejak awal.

3. Mengalihkan Fokus Perhatian

Misalnya, kita secara terus-menerus merasa rendah diri, tidak percaya diri dengan orang-orang yang ada di sekitarmu. Kita merasa orang lain lebih hebat, lebih pintar, bahkan sering merasa iri terhadap pencapaian-pencapaian kecil rekan kita. Maka, cobalah untuk mengalihkan focus kita dari orang lain, cobalah focus terhadap diri sendiri atau hal-hal lainnya seperti mengerjakan hobby, menonton film, dsb. Fokus pada langkah-langkah kecil dalam pencapaian pribadi kita, dengan hal ini kita bisa lebih percaya diri dengan kemampuan diri sendiri. Nikmati prosesnya sehingga kita akan bangga terhadap diri sendiri.

4. Mengubah Pemikiran

Inti dari emosi terdalam kita adalah sebuah keyakinan yang mendorongnya. Kita akan merasa sedih ketika kita yakin telah kehilangan sesuatu, marah ketika mengetahui bahwa tujuan kita telah gagal. Kita tidak dapat mengubah situasi diluar kendali kita, namun kita dapat mengubah pemikiran. Ubahlah pemikiran sedih kearah pemikiran bahagia, selalu mencoba untuk melihat sesuatu dari sudut pandang lain.

5. Mengubah Respon

Jika keempat pendekatan di atas tidak berhasil dalam mengontrol emosi, langkah terakhir yang bisa kita lakukan adalah mengendalikan respons. Misalnya kita merasa jantung berdetak lebih kencang karena sensasi tidak menyenangkan saat kamu merasa cemas atau marah. Cobalah untuk tarik napas dalam-dalam dan menutup mata untuk menenangkan diri. Hal ini juga berlaku jika kita tidak dapat berhenti tertawa ketika kita sedang dalam situasi yang serius seperti belajar atau dalam rapat, cobalah untuk merubah ekspresi wajah atau pikirkan hal-hal yang membuatmu sedih sehingga suasana hati dapat berubah.

6. Pikiran dan Kesehatan

Gangguan pikiran sering kita dengar dan bahkan beberapa orang telah mengalaminya. Ganguan pikiran ini biasanya sering mengganggu daya tahan tubuh dan kesehatan atau sering kita dengar dengan istilah gangguan psikosomatik.

Kata psikosomatik merupakan gabungan dari dua kata, yaitu pikiran (psyche) dan tubuh (soma). Jika diartikan, gangguan psikosomatik adalah keluhan fisik yang timbul atau dipengaruhi oleh pikiran atau emosi, bukannya oleh alasan fisik yang jelas, seperti luka atau infeksi.

Gangguan psikosomatik dapat terjadi pada semua kelompok usia, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Munculnya keluhan psikosomatik pada seseorang biasanya diawali masalah kesehatan mental yang dialaminya, seperti takut, stres, depresi, atau cemas.

penyebab umum Munculnya gangguan Psikosomatis disebabkan oleh faktor kejiwaan yang benar-benar berat sehingga membuat diantaranya mengalami ketegangan, memikirkan suatu masalah terlalu berlebihan, serta emosi yang tidak stabil atau emosi yang meningkat  terlalu berlebihan.

1. DEPRESSI

Depresi adalah gangguan suasana hati (mood) yang ditandai dengan perasaan sedih yang mendalam dan rasa tidak peduli. Semua orang pasti pernah merasa sedih atau murung. Seseorang dinyatakan mengalami depresi jika sudah 2 minggu merasa sedih, putus harapan, atau tidak berharga.

2. STRESS

Kecemasan stress yang disebabkan oleh tekanan hidup merupakan emosi dengan petunjuk ilmiah yang berbobot paling besar berkaitan dengan awal mula sakit dan arah menuju kesembuhan.

3. KECEMASAN

Kecemasan adalah suatu istilah yang menggambarkan gangguan psikologis yang dapat memiliki karakteristik yaitu berupa rasa takut, keprihatinan terhadap masa depan, kekhawatiran yang berkepanjangan, dan rasa gugup. Rasa cemas memang biasa dihadapi semua orang. Namun, rasa cemas disebut gangguan psikologis ketika rasa cemas menghalangi seseorang untuk menjalani kehidupan sehari-hari dan menjalani kegiatan produktif.

GEJALA DAN TANDA GANGGUAN PSIKOSOMATIK

Apabila merasa sakit. Pertama konsultasi dengan dokter, dan bila perlu cek laboratorium. Bila menurut dokter dan hasil lab baik-baik saja, tetapi masih merasa bermasalah. Kedua apabila seseroang merasa sakit kemudian mendapat treatmen medis, tetapi kemudian penyakit tersebut kembali lagi berulang-ulang.  Kedua hal tersebut terjadi karena ada emosi yang tidak selaras (psikosomatis). Karena, emosi yang terpendam menjadi pemicu penyakit.

Dalam gangguan psikosomatik, dokter tidak hanya berfokus mengobati gejala fisik yang dialami pasien, tetapi juga mengobati kondisi mental atau psikis yang menyebabkan munculnya keluhan fisik pada pasien. Oleh karena itu, setelah keluhan fisiknya ditangani, pasien mungkin akan dirujuk ke psikiater untuk diperiksa dan diterapi kondisi psikologisnya. Pasien bisa dengan psikosomatis dapat diterapi dengan psikoterapi, hipnoterapi ataupun terapi obat-obatan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun