Mohon tunggu...
Nadira Yuniar
Nadira Yuniar Mohon Tunggu... Lainnya - mahasiswa

aku suka memasak karna suka makan, aku juga suka dengerin lagu galau padahal ga lagi galau. cita cita aku jadi guru, tapi aku malu kalo berdiri didepan banyak orang. maklum gen z suka ada keanehan sih hehehehehe.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas Pilihan

Kecerdasan Emosial Dalam Mengenal Diri Sendiri

27 Januari 2025   15:22 Diperbarui: 27 Januari 2025   15:22 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Sebagian dari stimulus talamus langsung dikirim ke amigdala, sementara stimulus lainnya dikirim ke neokorteks atau "bagian otak berpikir". Bila amigdala merasakan adanya stimulus yang cocok, misalnya, pengalaman yang terekam di dalam hipokampus memberitahu amigdala bahwa stimulus tersebut merupakan situasi yang memerlukan reaksi fisiologis pertahanan diri dari ancaman bahaya, maka amigdala memicu HPA (hypothalmic-hipofisis-adrenal) aksis dan membajak otak rasional.  Aktivitas emosional otak ini memproses informasi beberapa milidetik lebih awal dibandingkan otak rasional, sehingga dalam kasus dimana terdapat kecocokan, amigdala bertindak sebelum mendapat arahan apapun dari neokorteks. Namun apabila amigdala tidak menemukan kecocokan di antara stimulus yang diterima dengan rekaman mengenai situasi yang mengancam, maka tindakan yang berlaku ialah yang berdasar pada arahan dari neokorteks. Saat amigdala merasakan ancaman, seseorang dapat melakukan hal yang tidak masuk akal/irasional serta dapat pula melakukan perusakan. 

Bagaimana Proses Pembajakan Emosi ?, Dalam anatominya, bagian otak yang paling bertanggung jawab atas pembajakan itu ialah amigdala, sebuah pusat di sistem limbik di dalam otak kita. Joseph LeDoux, seorang ahli saraf di Center for Neural Science di New York University, adalah orang pertama yang menemukan peran kunci amigdala dalam otak emosional. Ia mengungkapkan bahwa arsitektur otak memberi tempat istimewa bagi amigdala sebagai penjaga emosi, penjaga yang mampu membajak otak. Selain sebagai aktor utama dalam otak emosional, amigdala juga berperan sebagai gudang ingatan emosional. Bagi beberapa ahli saraf, hipokampus adalah bagian yang berperan dalam hal ingatan emosional itu. Namun bagi LeDoux, hipokampus hanyalah berperan untuk mengenali sebuah benda sedangkan amigdala yang memberikan memori terhadap benda tersebut. Misalnya, ketika Anda melihat foto mantan, hipokampus bekerja untuk mengenali bahwa itu adalah foto mantan Anda. Sedangkan bagian yang mengingatkan bahwa wajah itu telah memberikan rasa cinta dan rasa sakit dalam waktu yang sama adalah peran dari amigdala.

Amygdala Hijack

Amygdala Hijack atau Pembajakan Amigdala, sebuah istilah yang dipopulerkan oleh seorang pakar kecerdasan emosional, Daniel Goleman. Istilah tersebut merujuk kepada sebuah respons tiba-tiba di luar kesadaran manusia yang dipicu oleh dorongan emosional yang kuat. Misalnya, ketika tangan kita tersulut api maka dengan reflek kita akan menjauhkan tangan tersebut dari sumber api. Tindakan menjauhi api merupakan bentuk pembajakan yang dilakukan amigdala dalam otak manusia.

1. Amarah, Neokorteks juga memiliki peran akan emosi yang ada pada diri seseorang. Meskipun harus melewati proses berpikir yang penuh pertimbangan, seperti ketika kita menderita kehilangan lalu menjadi sedih, merasa bahagia setelah merebut kemenangan, atau merenenungkan ucapan teman kemudian merasa sakit hati. Neokorteks-lah yang sering menawarkan amarah yang lebih terukur atau menurut Benjamin Franklin dianggap sebagai amarah yang mempunyai alasan yang benar.

2. Keselarasan Emosi dan Nalar, Daniel Goleman dalam bukunya Emotional Intelligence memberitahukan bahwa di dalam otak kita, sakelar peredam ledakan amigdala itu terletak di ujung lain sirkuit penting neokorteks, yaitu di lobus-lobus prefrontal. Lazimnya, wilayah prefrontal mengatur reaksi emosional kita sejak awal. Di sanalah tempat dimana informasi dikoordinasikan lalu direncanakan dan diorganisasikan untuk menuju suatu sasaran, termasuk sasaran emosional. Namun sayangnya kita sering tidak tertarik proses panjang yang neokorteks tawarkan. Kita lebih memilihh amigdala yang mengambil alih kendali apa yang kita kerjakan sewaktu neokorteks masih dalam proses menyusun suatu keputusan. Ringkasnya kita selalu terburu-buru.

3. Pembajakan Positif, Goleman mengemukakan bahwa tidak semua pembajakan limbik menyusahkan. Ketika sebuah lelucon sangat mengena pada diri seseorang hingga membuat tawa mereka hampir meledak, hal itu juga merupakan respon limbik. Dengan demikian, pembajakan emosi berlangsung pula dalam momen sukacita yang intens.

4. Trauma Psikologis, Trauma psikologis adalah jenis disfungsi jiwa yang terjadi sebagai akibat dari perististiwa traumatic. Ketika trauma yang mengarah pada gangguan stress pascatrauma, disfungsi mugnkin melibatkan perubahan fisik dan kimia di dalam otak, yang mengubah repons seseorang terhadap stress masa depan. Beberapa hal yang mengakibatkan trauma, adalah : Kekerasan antar individu, Bencana alam, Kecelakaan transportasi , Kekerasan domestic, Penyiksaan, pekerjaan. 

Berdasarkan penyebabnya, trauma dikelompokkan menjadi beberapa jenis, yaitu :

  • Trauma akut, yaitu jenis trauma karena peristiwa membahayakan yang terjadi satu kali, seperti kecelakaan atau bencana alam.
  • Trauma kronis, yaitu jenis trauma karena kejadian buruk yang terjadi secara terus-menerus, seperti bullying atay kekerasan dalam rumah tangga.
  • Trauma kompleks, yaitu jenis trauma yang disebebkan oleh beberapa kejadian traumatis.

Penyebab Trauma, Penyebab utama dari trauma adalah kejadian atau peristiwa buruk yang dapat memengaruhi kondisi fisik maupun emosi, seperti bencana alam, kecelakaan, pelecehan seksual, dan kekerasan fisik. Selain itu, sejumlah faktor  yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami trauma asalah sebagai berikut: Mengalami bullying, Diabaikan oleh orang terdekat dan keluarga, Memiliki Riwayat masalah Kesehatan mental seperti cemas atau depresi, Memiliki keluarga dengan Riwayat gangguan mental, Memiliki pekerjaan yang beresiko menimbulkan kejadian traumatis, seperti anggota militer atau tenaga medis, Penyalahgunaan NAPZA, Mengkonsumsi minuman beralkohol secara berlebihan. 

4. PENGELOLAAN EMOSI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun