Sebelum Sabrina bisa bertanya lebih lanjut, lampu senter di tangannya berkedip-kedip, kemudian mati total, meninggalkannya dalam kegelapan. Sabrina berusaha menenangkan diri, tetapi suara jeritan anak kecil semakin keras, membuatnya hampir kehilangan akal. "Tolong...!" teriak Sabrina, tetapi tidak ada yang mendengar.
Ketika lampu kembali menyala, Sabrina melihat sekeliling ruangan dan terkejut melihat benda-benda yang telah bergeser. Boneka-boneka itu tampak lebih hidup, seolah-olah mereka menatapnya. Sabrina merasa ada yang tidak beres. Dengan kebeSabrinaan yang tersisa, dia kembali meraba dinding mencari jalan keluar.
Namun, saat dia meraba-raba, dia menemukan sesuatu yang tajam. Dengan cepat, dia menarik tangannya kembali. Dia menyalakan senter dan melihat potongan kayu yang tergores, dengan darah segar mengalir dari lukanya. Sabrina merasa dunia di sekelilingnya berputar. Ada sesuatu yang sangat salah.
"Bantu aku...," suara wanita itu kembali terdengar, lebih kuat dan mendesak.
Sabrina tahu dia tidak bisa mengabaikan panggilan itu lagi. Dengan tekad yang bulat, dia berusaha mencari tahu lebih dalam, berjanji pada dirinya sendiri untuk mengungkap misteri ini, meskipun itu berarti menghadapi kengerian yang lebih besar.
Dengan hati yang berdebar, Sabrina memutuskan untuk kembali ke ruang bawah tanah dan menggali lebih dalam, berharap menemukan jawaban tentang apa yang terjadi pada buyutnya dan kenapa hantu wanita itu terjebak di rumah ini. Saat dia beranjak pergi, dia merasakan sebuah tangan dingin menyentuh bahunya, dan dia tahu, ketakutan sejati baru saja dimulai.
Bab 5: Membebaskan Jiwa
Sabrina berdiri di depan cermin di kamarnya, merapikan rambut yang acak-acakan dan menghapus air mata yang mengalir di pipinya. Setelah pengalaman malam sebelumnya, dia merasa harus melakukan sesuatu untuk mengakhiri penderitaan buyutnya dan sosok wanita berpakaian putih yang terus mengikutinya. Dia tahu bahwa untuk membebaskan jiwa yang terperangkap, dia perlu melakukan ritual pengusiran.
Setelah mencari informasi dalam buku harian buyutnya, Sabrina menemukan sebuah catatan yang menjelaskan cara melakukan ritual tersebut. Di dalamnya terdapat petunjuk untuk mengumpulkan beberapa benda yang dianggap sakral: lilin putih, garam, dan foto buyutnya. Dia bertekad untuk melakukannya malam itu juga.
Malam menjelang, dan Sabrina mengatur ruangan kecil di lantai atas. Dia menyalakan lilin putih dan menempatkan garam di sekelilingnya dalam bentuk lingkaran. Di tengah lingkaran, dia meletakkan foto buyutnya yang tampak anggun dan penuh kasih. Sabrina merasakan getaran aneh saat dia mengamati foto itu, seolah ada koneksi kuat antara mereka.
Dia mulai membaca doa yang tertulis dalam buku harian dengan suara yang tegas, berusaha mengusir rasa takut yang mendera hatinya. Setiap kata yang diucapkannya membawa energi ke dalam ruangan. Lilin menyala lebih terang, dan bayangan di dinding bergerak seolah merespons panggilannya. Sabrina bisa merasakan kehadiran sosok wanita itu mendekat.