Dia meraih pegangan jendela untuk menenangkan dirinya, tetapi saat melakukannya, dia merasakan sentuhan dingin di punggungnya. Terkejut, Sabrina berbalik, dan di hadapannya berdiri sosok wanita berpakaian putih, wajahnya terhalang bayangan. Wanita itu menatapnya dengan mata kosong yang penuh dengan kesedihan dan kepedihan. Sabrina merasa terhisap ke dalam tatapan itu, seolah-olah dia bisa merasakan segala penderitaan yang dialami wanita tersebut.
"Bantu aku..." suara wanita itu, lirih dan penuh harap, mengguncang jiwanya.
Sabrina merasakan air mata mengalir di pipinya. Dia ingin berlari, tetapi kakinya seolah terpaku di tempatnya. Sosok itu mendekat, dan Sabrina bisa merasakan angin dingin berhembus saat wanita itu melintas di depannya. Sabrina merasa tercekik oleh ketakutan, tetapi ada sesuatu di dalam dirinya yang mendorongnya untuk tetap berdiri.
"Kenapa kau terjebak di sini?" Sabrina berbisik, suaranya hampir tidak terdengar.
Wanita itu hanya menggelengkan kepala, lalu tiba-tiba, cahaya lampu senter Sabrina mulai berkedip-kedip sebelum mati total. Ruangan itu terbenam dalam kegelapan, dan Sabrina merasa semakin tertekan.
Dia mencari jalan keluar, tetapi semua pintu seolah menghilang. Dalam kegelapan, Sabrina mendengar suara berdesir, seolah-olah sesuatu mendekatinya. Suara itu semakin jelas, dan Sabrina merasakan angin dingin menyapu wajahnya.
"Bantu aku..." suara itu kembali bergema, dan kali ini, Sabrina merasakan desakan yang tak tertahankan untuk melarikan diri.
Dengan segenap tenaga, Sabrina berlari menuju tangga, berharap menemukan tempat yang lebih aman. Dia tidak berhenti hingga tiba di kamar tidurnya, mengunci pintu dengan cepat. Hatinya berdebar-debar, dan air mata mengalir di pipinya. Dia merasa sangat lelah, tetapi ketakutan membuatnya terjaga sepanjang malam.
Ketika fajar mulai menyingsing, Sabrina menyadari bahwa dia tidak bisa terus seperti ini. Dia harus menemukan cara untuk mengungkap rahasia buyutnya, meskipun itu berarti menghadapi kegelapan dan ketakutan yang mengintainya di rumah itu. Dengan tekad yang bulat, Sabrina bersiap untuk kembali menghadapi kengerian yang mengungkap misteri rumah warisan buyutnya.
Bab 4: Keterikatan
Setelah malam yang penuh teror, Sabrina merasa tidak mungkin tinggal lebih lama di rumah itu tanpa memahami kebenaran di balik semua kejadian aneh. Dia memutuskan untuk menjelajahi lebih dalam, berharap menemukan jawaban yang akan membebaskan buyutnya dan mungkin juga dirinya sendiri dari ketakutan yang mengintai.