Hari itu, dia menemukan catatan dalam buku harian buyutnya yang menyebutkan sebuah ruangan tersembunyi di lantai atas, di balik dinding yang tampaknya biasa. Dengan semangat dan keberanian yang baru, Sabrina menaiki tangga menuju lantai atas, langkahnya pelan dan penuh kehati-hatian. Setiap derit langkahnya seakan menggema di seluruh rumah, membangkitkan kembali rasa takut yang menggerogoti hatinya.
Sesampainya di lantai atas, Sabrina merasakan hawa dingin yang menusuk. Dia mencari-cari dinding yang mungkin menyimpan rahasia. Tiba-tiba, saat meraba dinding, jari-jarinya menyentuh sesuatu yang tidak biasa. Ada tonjolan kecil yang berbeda dari permukaan lainnya. Sabrina mendorongnya, dan seketika itu juga, bagian dinding terangkat, mengungkapkan sebuah ruangan kecil yang gelap.
Dia menyalakan senter dan melangkah masuk. Ruangan itu dipenuhi barang-barang kuno: boneka-boneka tua dengan wajah menakutkan, buku-buku yang sudah lapuk, dan potret-potret keluarga yang tampak cemas. Sabrina merasakan hawa aneh di dalam ruangan itu---sebuah kehadiran yang tidak dapat dijelaskan. Tiba-tiba, dia mendengar suara pelan, seperti suara anak kecil yang berbisik.
"Jangan pergi...," bisik suara itu, membuat bulu kuduk Sabrina berdiri.
Dia berbalik, tetapi tidak ada siapa pun di sana. Dia merasakan ada sesuatu yang mengawasinya, dan rasa panik mulai merayap ke dalam dirinya. Sabrina mencoba untuk menenangkan diri, tetapi ketakutan membuatnya tidak bisa berpikir jernih.
Saat dia mengalihkan pandangan kembali ke ruangan, tiba-tiba pintu di belakangnya tertutup keras. Suara dentingan logam terdengar, seolah-olah pintu itu terkunci dengan sendirinya. Sabrina berusaha membuka pintu, tetapi tidak ada gunanya. Dia terjebak.
Mendengar suara bergetar dari arah jendela, Sabrina berlari ke sana, berharap bisa melarikan diri. Tetapi saat dia mendekat, jendela itu terbuka dengan sendirinya, menampilkan pemandangan gelap di luar. Sabrina melihat bayangan melintas di luar jendela, dan dia merasa seolah-olah sosok yang sama yang muncul dalam mimpinya sedang memanggilnya.
"Bantu aku..." suara itu semakin dekat, dan Sabrina merasa terdesak oleh rasa penasaran dan ketakutan.
Dia kembali ke tengah ruangan, tetapi saat dia berbalik, dia melihat sosok wanita berpakaian putih berdiri di sudut, wajahnya kini lebih jelas---wajah yang penuh penderitaan.
"Kenapa kau terjebak di sini?" tanya Sabrina, suaranya bergetar.
Wanita itu mendekat, dan Sabrina merasa angin dingin berhembus di sekelilingnya. "Aku tidak bisa pergi...," suara wanita itu menembus kegelapan. "Ada sesuatu yang harus kau temukan..."