Lintang duduk menjauh beberapa depa dari Rudi. Laki-laki itu mengganti ban dengan cekatan, tangan kekarnya nampak sudah terlatih.
Lintang bergidik mrmbayangkan bagaimana tangan kekar itu pernah mencoba menjamahnya, untung Lintang berhasil melarikan diri. Entah kekuatan apa yang membawanya kabur waktu itu..
Tiba-tiba Lintang teringat pada sosok misterius yang dulu selalu membantunya, sosok yang pernah hadir sebagai malaikat penolong saat dirinya hampir jadi bulan-bulanan Rudi, sosok makhluk astral yang sekilas mirip dengan Remund...
Ahhh.., tapi makhluk astral itu tak pernah muncul lagi, entah.., tiba-tiba Lintang merindukan sosok tampan si makhluk astral.
"Sudah selesai, Sayang." Rudi membuyarkan lamunan Lintang.
"Ehhh.. Iya," ujar Lintang tergagap.
"Nah, ketahuan lagi ngelamun, ya," goda Rudi genit.
"Terima kasih, Mas," ucap Lintang mengalihkan perhatian,
"Ngobrol dulu, yuk! Mas Kangen," ajak Rudi. Sebenarnya Lintang ingin segera berlalu dari hadapan laki-laki itu, tapi rasanya nggak sopan jika berlalu begitu saja.
Rudi memesan dua botol minuman dan menyerah kan pada Lintang. Lalu mengambil tempat duduk di sebelahnya. Lintang bergeser waspada, bagaimanapun ia masih trauma.
"Mas minta maaf ya atas kejadian waktu itu." Rudi membuka percakapan. Lintang hanya mengangguk dan tersenyum tipis.