Sitha memeluk Lintang, menggenggam tangannya lembut.
"Kita berdua sangat menyayangimu, kita berdua ingin kamu bahagia, tolong pertimbangan karena kalau dia bukan orang baik, kita juga nggak akan  menyampaikan padamu," ujar Sitha.
Gischa mendekat, memeluk Lintang dari belakang, dan merebahkan kepala Lintang dalam pelukannya.
" Kamu ingat ketika aku memintamu menikah dengan mas Anan?" Gischa merasakan Lintang mengangguk dalam pelukannya.
"Semata karena aku tahu kamu perempuan yang baik, kamu berhak bahagia setelah banyak perjalanan luka yang kamu lewati."
"Dan kali ini, kita berdua benar-benar berharap kamu mau mempertimbangkan, kita berdua berharap setelah ini tak ada lagi air mata di wajah kamu."
Butuh beberapa menit untuk mengalahkan ego, hingga akhirnya Lintang mengangguk.
"Beri aku waktu untuk berpikir, ya," pinta Lintang.
"Alhamdulillah," serempak Sitha dan Gischa merasa lega
"Istikharah, dan minta petunjuk Allah. Yakini semua yang terbaik dari-Nya." Gischa dan Sitha pamit, hujan mulai reda meninggalkan genangan.
Senjapun mulai beranjak ke peraduan dilengserkan gulita malam. Lintang menatap photo Remund, hatinya getir. Kedua temannya benar, tak ada guna meratapi yang sudah pergi, cukup mengenang lewat dedoa karena hidup harus berlanjut.