Mohon tunggu...
Tari Abdullah
Tari Abdullah Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Nama lengkap Mudjilestari tapi lebih sering disapa dengan Tari Abdullah profesi sebagai penulis, conten creator, dan motivator. Ibu dari 4 anak berstatus sebagai single parent. Berdarah campuran sunda - jawa.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Bahagia Lintang

1 Juli 2020   05:58 Diperbarui: 1 Juli 2020   05:57 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Sekarang saatnya kejutan." Mas Bram berdiri mengambil alih acara.

"Sebenarnya atas tujuan mengadakan jamuan makan malam yang mewah ini? Kejutan apa yang hendak kau tunjukkan?" tanya Mas Bram tersenyum-senyuman pada laki-laki itu.

Lintang menoleh pada Sitha, mencari jawaban, tapi perempuan malah membuang muka, seolah menggoda Lintang. Tak luput, dada Lintang terus bergemuruh.

Laki-laki itu berdiri, menuju ke tempat Lintang duduk dan  menatapnya lekat, pandangan mereka bertemu untuk beberapa saat, Lintang  menunduk merasakan hangat menjalar di wajahnya yang pucat. Takut rasa yang telah lama dimatikan paksa itu bangkit kembali.

Lalu lelaki itu
menghampiri Lintang,  dan berlutut tepat di depan Lintang. Seperti ada yang memberi aba-, aba, cahaya lampu tiba-tiba padam, digantikan dengan ratusan lilin yang dinyalakan secara bersamaan. Gesekan  biola dan piano berpadu mengalun merdu, membuat suasana mendadak syahdu.

Lintang memejamkan mata, hanya ia dan laki-laki itu yang tahu, paduan piano dan biola  kesukaannya, darahnya terus berdesir. Lintang serasa hampir pingsan tak sanggup menahan gejolak yang menghentak-hentak tak mau berhenti. Laki-laki itu merogoh saku celana, mengeluarkan sebuah kotak beledu merah. Membukanya hati-hati, nampak sebentuk cincin bertahta berlian bening berkilat-kilat terkena cahaya lilin.

"Lintang, maukah kamu menikah denganku? Menjalani sisa usia bersamaku, menua bersamaku?"

Hening beberapa saat. Lintang menutup mulut dengan kedua telapak tangannya, bibirnya bergetar tak mampu berkata apa-apa. Sementara kedua matanya berkaca-kaca, siap meluncurkan buliran bening dari palungnya.

Lintang terdiam, jantungnya semakin berdebar kencang. Segera ditepisnya semua rasanya yang hadir tanpa permisi. Bagaimana mungkin menikah dengan laki-laki yang Lintang tahu ia sudah beristri meski ia pernah teramat sangat mencintainya?

"Bagaimana, Lintang? Maukah kamu menjadi istri seorang Sultan Muhammad Al Fatih?"

Lintang mendesah resah, "Bukankah Abang sudah berisitri? Dan aku sudah mengatakan tak mau mengusik rumah tangga Abang lagi?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun