"Rasakan, laki tua bangka!"
***
"Bangsat! Bajingan tengik! Kubunuh kau tikus busuk!"
Bukan amarah lagi. Tapi amuk di pagi hari. Poltak tak bisa terima perangkapnya zonk. Bawang merahnya digegogoti, daun pintu dikerati, dan pohon jahe dirobohkan.
"Ini penghinaan!" teriaknya sambil membersihkan meja kaca dari taburan suvenir tahi tikus.
"Hahaha, kau kalah, laki tua bangka!" Dari atas plafon, tikus biang gaduh itu terbahak-bahak. Puas hatinya.
"Kenapa ngamuk-ngamuk." Berta bertanya dari dalam kamar tidur.
"Tikusnya tak ketangkap! Malah makan bawang, merusak pintu dan pohon jahe!"
"Yah, berarti kamu kalah cerdas, sayang."
Tambah terhina Poltak dibilang kalah cerdas dari tikus. "Walaupun itu benar, tak usahlah ditegaskan." Poltak sakit hati.Â
"Beli lem tikus saja. Beri umpan teri Medan goreng. Pasti dapat itu tikus."