"Tidurlah."
***
"Membunuhku? Halah! Memangnya kau bisa, laki tua bangka!"
Tikus itu mencibir di atas plafon. Meremehkan Poltak. Laki tua bangka di matanya.
"Hei! Kau pikir aku tak berani turun? Tunggu saja!"
Tikus itu keluar dari plafon gelap. Setengah berlari menuju talang di bibir atap teras belakang.Â
Dari talang itu dia melongok ke bawah. Tampak olehnya taman kecil. Lalu ada meja kaca dengan dudukan gerabah di pojok teras.
"Hmm, bau kentang. Lezat." Hidung tajam tikus itu membaui kentang dalam keranjang di bawah meja. Poltak lupa memasukkannya ke dapur.
Dinding taman itu kasar. Adukan semen yang dikepret-kepret. Banyak tonjolannya.
"Ini sih gampang dilalui. Macam panjat tebing." Tikus itu berkata dalam hati.
Tikus itu mengambil garis diagonal tembok untuk jalur turun. Jemarinya mencengkeram erat tonjolan-tonjolan di dinding. Dia merayap seperti cicak. Sukses tiba di lantai taman.