Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Matinya Seekor Tikus

15 September 2023   07:30 Diperbarui: 20 September 2023   07:46 483
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dengan cara yang sama, lewat tengah malam, tikus itu turun ke taman belakang. Hidung tajamnya menuntun dia ke arah kentang dalam perangkap.

"Hahaha. Aku mau diperangkap. Hei, laki tua bangka, kau pikir aku dungu?"

Tikus itu sudah terlalu paham tentang perangkap tikus. Dia tahu cara kerjanya. Sekali masuk, tak mungkin keluar.  Hanya satu jalan selamat: jauhi.

"Sekalipun kau taruh tikus perawan cantik bahenol di situ, tak akan aku tergiur."

Mendadak tikus itu merasa ini adu gengsi antara dua mahluk berbiji dua. Dirinya, seekor tikus jantan muda yang bersemangat melawan  Poltak, seorang laki tua yang beranjak layu.

"Otakku memang cuma setitik. Pikiranku picik. Tapi aku licik. Kau pasti kalah, laki tua bangka."

Lagi, penciumannya yang tajam telah mengantar tikus itu ke sumber makanan. Sebesek bawang merah tersaji di atas meja kaca.  

"Hmm, sedap ini." Dia menggerogoti beberapa siung bawang. Rasanya yang manis-manis getir membuat matanya merem-melek.

Puas makan bawang, tikus itu sengaja berak lagi di atas meja. Itu suvenir untuk Poltak darinya.

Terakhir, ritual asah gigi. Lagi, dia mengerati sudut dasar daun pintu dapur. Kemarin di kanan, sekarang di kiri. 

Saat bermaksud naik lagi ke plafon, tikus itu melewati serumpun jahe dalam pot. Terbit isengnya. Lalu dipilihnya satu batang paling gemuk untuk dikerat sampai tumbang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun