"Ah, tak tahulah Pak Guru, Tiur. Soalnya Pak Guru belum pernah ketemu dia."
Anak-anak tergelak-gelak mendengar jawaban kocak Guru Arsenius.
"Tapi ada pelajaran berharga dari kisah itu," lanjut Guru Arsenius. "Orangtua jangan memaksakan kehendak kepada anaknya. Anak jangan mengambil jalan sendiri tanpa restu orangtuanya."
"Mauliate, Gurunami." Anak-anak kompak mengami ujaran Guru  Arsenius.
"Ya, sudah," tukas Guru Arsenius. "Berta, ambil lampet di baskom itu. Bagikan kepada teman-temanmu. Daun bungkusnya dikumpul, ya. Â Jangan buang ke danau." Â
Anak-anak langsung sibuk dengan lampet masing-masing. Itu lampet dari kedai Ama Rosmeri. Idaman setiap murid SD Hutabolon.
Berta menghampiri Poltak yang berdiri sendiri di haluan kapal. Â
"Poltak, kamu percaya Batu Gantung itu tadinya gadis cantik?"
"Tidaklah, Berta. Itu cuma  gumpalan lava yang membeku saat letusan Gunung Toba dahulu kala."
Berta takjub atas jawaban Poltak. Cerdas sekali. Padahal Poltak hanya mengulang cerita Parandum, amangudanya.
"Oh, kalau hati bisa membatukah, Poltak?"