“Kenapa pula kau, Jonder!”
“Santabi, Gurunami. Aku mau kencing.”
“Bah! Payahlah kau. Lima menit lagi kita sampai di Parapat. Kau tahan dululah.”
“Jonder, ini karet. Kau ikat dululah paruh burungmu itu." Poltak memberi saran sambil mengangsurkan sebuah karet gelang.
Seisi bus tertawa tergelak-gelak.
"Babiat kau, Poltak!" maki Jonder sambil mengunci rapat kedua lututnya.
Guru Arsenius tak bohong. Lima menit kemudian rombongan darmawisata itu sudah tiba di pelabuhan wisata Parapat.
Anak-anak berebutan turun dari bus. Jonder yang turun paling dulu, clingak-clinguk cari kakus.
"Anak-anak, itu kapal kita!" Guru Arsenius menunjuk ke arah sebuah kapal danau berukuran sedang yang tambat di pelabuhan.
Anak-anak satu per satu naik ke atas kapal. Dibantu jurumudi dan kondekturnya.
"Jonder, kau bisa kencing di situ." Guru Arsenius menunjuk ke arah kamar kecil pada sisi kiri buritan. Jonder bergegas ke situ.