Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Saat Malam Memunculkan Purnama

22 Juli 2015   05:48 Diperbarui: 22 Juli 2015   05:48 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Iksan mana?” tanya Trisa.

“Sedang ke ruang kepala sekolah.  Memastikan informasinya.”

Dan tak begitu lama, datang Iksan.  Dengan muka yang dilipat-lipat.  Seperti Yudistira yang kalah main dadu.  Seperti kakeknya Mamad yang rugi dagang ayam.

“Betul, San?”

Hanya anggukan sebagai jawaban.  Ada mendung yang begitu pekat menggelayuti mata Iksan.  Mungkin dia akan menangis meraung-raung seandainya tak malu pada teman-temannya.  Segala kerja keras dia dan teman-temannya seperti terbuang percuma.

“Apa alasannya?” tanya Trisa.

“Tak ada biaya,” jawab Iksan lirih nyaris tak terdengar.

Sudah pernah terpikirkan.  Kepala sekolah memang belum secara tegas mengatakan akan memberikan uang biaya pentas seni.  Kepala sekolah hanya mengatakan akan mencoba membantu program OSIS.  Itu pun kata-kata kepala sekolah lama. 

Jika kepala sekolah yang baru meminta agar acara ini dibatalkan, harusnya bukan sesuatu yang mustahil.  Hanya kami saja yang terlalu yakin dengan segalanya.  Maka, sebaiknya, kita memang selalu memikirkan segala hal dalam dua sisi.  Sisi keberhasilan dan kemungkinan kegagalan. 

“Selalulah berharap dengan segala yang terbaik, Nak.  Tapi kamu juga harus selalu bersiap diri menghadapi yang terburuk,” itulah kata-kata Ayah Iksan waktu menasihati.  Sekarang baru Iksan tahu maksud nasihat ayahnya. 

“Berarti bukan dilarang dong?!” teriak Trisa.  Sebuah teriakan yang langsung mengagetkan teman-temannya.  Seluruh temannya yang ada di ruang OSIS langsung menghujani Trisa dengan sejuta pertanyaan melalui sorot mata harap yang begitu nyaris sekarat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun