Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Semua Sudah Takdir

19 Juli 2015   16:22 Diperbarui: 19 Juli 2015   16:22 429
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Namamu siapa?” tanya Pak RW.

“Rodan.”

“Kamu tinggal dimana?”

“Kampung Sumur.”

Jawaban Rodan langsung mendapat tanggapan dari seluruh warga.  Seluruh warga memang tahu betul kalau kampung Sumur memang area pemukiman para pemulung.  Mereka banyak tinggal di gubug triplek apa adanya.  Bahkan banyak pula yang tinggal di gubuk-gubuk kardus.

Selama ini tak ada yang berani masuk ke Kampung Sumur.  Karena kabarnya, di Kampung yang masih masuk wilayah ibukota ini tak ada hukum.  Siapa yang kuat maka ia akan berkuasa di Kampung itu.  Banyak yang tertangkap polisi sebagai pencuri juga berasal dari Kampung kumuh itu. 

Banyak warga Kampung Sumur yang malu mengakui kalau dirinya tinggal di kampung Sumur.  Kalau sampai berani mengaku berasal dari kampung sumur, maka hanya ada dua kemungkinan.  Pertama, langsung ditakuti.  Kedua, dicurigai.

Tapi anak pemulung ini malah berani mengaku dari Kampung Sumur.  Sehingga wajah-wajah yang berkumpul di balai warga itu terbelah dua.  Ada yang takut.  Siapa yang tak takut kalau berani berurusan dengan warga Kampung Sumur berarti akan menjadi sasaran balas dendam.  Beberap tahun lalu saja ada tewas dibacok saat pergi ke mall hanya karena dia pernah meneriaki warga kampung sumur dengan teriakan maling, padahal memang yang diteriaki itu maling beneran.  Tapi si maling menjadi dendam.  Sehingga banyak warga yang takut dan tak mau berurusan dengan warga Kampung Sumur.  Apa pun bentuknya.

“Kenapa kamu mencuri?” tanya Pak Sapto yang menjadi satpam lingkungan.

“Saya tidak mencuri Pak,” jawab Rodan.

“Nyatanya kamu tertangkap basah sedang mencuri!”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun