“Kan aku seorang pramuka.”
“Kamu sekolah?”
“Aku kelas delapan.”
“Di mana?”
“MTs Assyfa.”
Orang yang selama ini dipandang rendah ternyata lebih tinggi segala-galanya. Baru dua minggu yang lalu, Zaki diskors karena tak masuk-masuk sekolah. Apalagi setelah pada kenaikan kelas kemarin, Zaki harus bertelor lagi di kelas delapan untuk setahun lagi.
“Kenapa kamu menjadi pemulung? Emang tak malu?”
“Demi sekolahku. Apa pun akan aku lakukan. Asal jangan mencuri.”
“Ah, aku yang tinggal sekolah dan tak usah mikiran biaya, malah menyia-nyiakan sekolah,” pikir Zaki.
Ada kelebat sesal. Ada kelebat janji. Dalam hati Zaki. Sudah lama dia tak pernah merasa semenyesal seperti saat ini.
Mudah-mudahan masih ada kesempatan.