“Justru ia sedang berusaha untuk tak membuat curiga si punya rumah,” kata Zaki agak marah kepada Faiz.
“Terus bagaimana?” tanya Ramadan.
“Kita sergap saja!” perintah Zaki.
“Tapi kita tak punya bukti apa-apa,” bantah Faiz.
“Kedatangan dia ke sini saja sudah menjadi bukti!” Zaki tetap mau kalah.
Sesampainya di depan rumah Zaki, pemulung itu mendekati sepatu Zaki yang diletakkan di dekat tong sampah. Sepatu itu masih bagus. Tidak dibuang. Sengaja diletakkan tak jauh dari tong sampah. Kalau melihat sepintas, sepatu itu seperti sudah dibuang oleh pemiliknya. Siapa pun pemulungnya, pasti akan mengambil sepatu itu karena masih tampak bagus.
Dengan hati-hati pemulung itu mengambil sepatu itu. Diambilnya tapi tak dimasukkan ke dalam karung yang dibawanya. Sepatu itu hendak dimasukkan posisinya sehingga tak terlalu mencolok kalau ada pemulung lain.
Baru saja dia memasukkan posisi sepatu, kelima anak yang dari tadi mengawasi langsung menyergapnya.
“Jangan lari kamu!” kata Zaki.
“Heh, maling! Jangan pura-pura jadi pemulung deh!” tambah Ramadan.
“Pasti kamu yang dalam seminggu ini beroperasi di lingkungan sini kan?!” tambah Rido.