“Eh, Rodan. Kenapa kamu?” tanya Ustad Choiron.
“Pak Ustad kenal dia?” tanya Pak RW.
“Kenallah. Dia kan sering ikut salat jamaah subuh,” kata Ustad Choiron.
Warga yang berkumpul di balai RW pun menjadi malu sendiri. Terutama Zaki. Tapi lain dengan yang lain, Zaki masih dendam dengan Rodan. Pemulung yang telah membuatnyua malu itu.
Tadinya Zaki sudah bangga bisa menangkap pencuri. Tapi malah berakhir malu karena pemulung itu malah rajin salat di musola. Zaki sendiri tak pernah ikut jamaah. Apalagi jamaah salat subuh. Jalan ke musola saja mungkin sudah lupa. Hanya setahun dua kali. Kalau ada idul Fitri atau Idul Adha. Itu pun kalau salat id-nya tak diadaklan di lapangan. Kalau salat id-nya di lapangan, maka hitungannya betul-betul menjadi nol.
***
Lebaran menjelang. Semua begitu bersiap menyambutnya. Walau salah. Seharusnya bukan lebaran yang disambut tapi bulan Ramadhannya. Tapi semuanya sudah salah kaprah. Lebaran yang dikejar-kejar. Sehingga banyak yang menganggap tak perlu puasa, yang penting ikut lebaran.
Satu hari lebaran. Itulah peristiwanya. Semua pasti akan terus mengingatnya. Sebuah kebakaran besar terjadi di Rw 22. Hampir tiga Rt ludes terbakar. Tak menyisakan apa-apa kecuali abu.
“Kebakaran!”
“Apa?”
Semua orang kalang kabut. Tak tahu apa yang harus dilakukan. Semua hanya tahu urusannya sendiri. Sehingga api pun semakin membesar. Mobil kebakaran juga datang terlambat. Pas datang juga menjadi rebutan warga sehingga penyemprotan tak efektif.