Ada dering. Didiamkan saja. Paling-paling telepon buat Bunda. Atau buat Ayah. Tak pernah ada telepon buat dirinya. Kalau pun ada teman yang mau menelepon, pasti ke HP-nya.
“Ada telepon, Nis,” kata Bibi.
“Memang,” jawab Ica. Bibi memang suka bercanda. Dan Ica pun bercanda lagi. “Tuh, dipegang Bibi.”
“Beneran. Buat kamu,” kata Bibi serius.
“Dari siapa, Bi?” tanya Ica agak malas menerima telepon.
“Cowok.”
“Apa?”
“Dari pacar kamu kali, Nis.”
“Ah, Bibi.”
Dan suara itu benar-benar dikenalnya. Suara seorang cowok. Suara yang sering menghiasai hatinya. Siapa lagi kalau bukan suara Haris.
“Asalamualaikum,” suara dari seberang.