"alhamdulillah..!" seru pak Bagus dan bu Melda.
Hari ini, resmi sudah saya menjadi menantu dari pak Bagus dan bu Melda. walaupun pak Bagus dan bu Melda memintaku untuk tinggal di rumahnya, tapi aku tetap bersikukuh untuk tinggal di rumahku. dan kedua mertuaku pun tidak mempermasalahkan itu. Â
Putri Wijayanti, dia istriku sekarang. selama ini saya fikir dia liar, suka semaunya sendiri, egois, urakan. tapi, semua salah. dia berbeda dengan apa yang saya fikirkan. dia lembut, berfikir terbuka, santai, tak pernah memaksakan kehendaknya sendiri, dan ternyata dia cantik. beneran cantik, dan semoga bukan cuman di awal-awal...Â
"mas bangun, udah siang ini." panggilnya dia sambal menyenggol bahuku.
"iya, ini udah bangun kok." jawabku pelan.
"aku pengen bubur ayam." pintanya.
"iya, kamu keluar dulu. aku mau ganti baju dulu." jawabku sambal beranjak bangun.
kami memang sudah sah sebagai suami istri, tapi tidur kita berbeda kamar. bukan satu kamar. ya karena masih canggung juga. karena saya baru ketemu dia sehabis ijab Kabul juga. dan kita memang gak neko-neko. karena memang tujuan pernikahan kita hanya untuk status. dan aku melakukan itu juga karena niat ingin membantu keluarga pak Bagus dan bu Melda.
Dan hari-hari kita baik-baik saja, tak terlalu banyak masalah karena harus saling menuntut. kita malah merasa seperti sahabat karib. kadang bercanda bareng, tertawa bareng, melakukan hal-hal yang lucu. contoh saja soal makan, saya berfikir kalau putri sedang hamil. dan saya tidak ingin dia sibuk masak karena takut dia kecapekan dan berakibat pada kandungannya.Â
Sementara dia berfikir kalau dia adalah seorang istri dan sewajarnya dialah yang memasak. dan akhirnya kita malah masak Bersama-sama. hal kecil seperti itu membuat kita merasa lebih intens. Pernah juga dia minta buah jambu yang langsung dipetik dari pohonnya, tapi dianya maunya ikut nyari. biar katanya sekalian jalan-jalan sore. dan aku merasa tidak sendiri lagi.
Malam ini kepalaku agak sedikit pusing, mungkin gejala masuk angin. takut nanti putri kerepotan, akupun tiduran di sofa depan tv. biar dikira aku nonton tv. kemudian dia menghampiri dan duduk di sebelahku.