Sima Lodra sepertinya tahu apa yang dikatakan Arya Dahana.  Dia menggeram geram sambil menampakkan taring  besarnya ke Arya Dahana. Rupanya dia jengkel dijadikan alasan oleh Arya Dahana demi berkenalan dengan seorang gadis asing.
Gadis cantik itu terlonjak kaget dan baru menyadari bahwa di belakang Arya Dahana ada seekor harimau yang sangat besar. Â Dan hantu harimau itu sekarang menggeram geram marah! Â Hampir saja dia buru buru menutup pintu karena ketakutan. Â Namun Arya Dahana menggerakkan tangannya menahan,"ehhhh... tunggu...tunggu..hantu harimau itu sudah kujinakkan... lihat..." mulutnya komat kamit sambil melambaikan tangan mengusir Sima Lodra.
Sima Lodra makin jengkel melihat gaya Arya Dahana. Â Namun dia menahan kejengkelannya ketika dilihatnya mata Arya Dahana berkedip sebelah ke arahnya tanpa terlihat gadis cantik itu. Â Sambil menahan geram dan kesal, Sima Lodra melompat menghilang dari tempat itu.
"Tuh kan...hantu itu sudah aku kuasai...sekarang mana air minumnya?"
"Baiklah...tunggu di sini ya?"
Arya Dahana tersenyum semanis mungkin sambil tak henti henti mengagumi dirinya sendiri yang begitu hebat berlakon. Â Tentu saja dalam hati mentertawakan Sima Lodra yang kelihatan sekali kesal tadi.Â
Sambil melihat lihat pemandangan sekitar rumah, Arya Dahana bersiul siul pelan. Â Siulannya mendadak terhenti karena ada yang menarik telinganya dari belakang,
"Ehhh..Puspa...tamannya cantik sekali bukan...tentu saja tidak secantik dirimu jika sedang marah begini...." Arya Dahana nyengir sambil berkata gugup.Â
Dilihatnya Sima Lodra di belakang gadis cantik itu menatap nyengir juga sambil menggoyang goyangkan ekornya. Â Arya Dahana mendelik ke Sima Lodra. Â Pengadu!
Dyah Puspita sebenarnya tidak mau melepaskan tangannya dari telinga Arya Dahana. Â Namun ketika dilihatnya senyum nyengir yang minta dikasihani itu, dia tidak tega.
"Arya...kamu memang punya bakat mata keranjang...hmmm...ya sudahlah...siapa gadis itu tadi?..."