Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Tetralogi Air & Api, Lahirnya Air dan Api

18 Desember 2018   11:19 Diperbarui: 18 Desember 2018   11:23 488
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Bocah edan...hentikan.  Lama lama kepalamu bisa kau copot sendiri kalau begitu..."

Sebuah suara bening menghentikan semua tindakan gila Arya Dahana.  Pemuda itu memandang arah datang suara.  Dilihatnya sekarang sesosok tubuh utuh.  Dewi Kwan Im!  Waduh kenapa khayalanku semakin gila saja...Mungkin pukulan yang membalik itu telah mengacau otakku...aku benar benar sudah gila tingkat dewa...keluh Arya Dahana.

Sosok tubuh penuh dan ramping itu begitu dekat dengannya.  Wangi yang menguar menghambur ke hidung dan kepalanya.  Astaga! Ini bukan Dewi Kwan Im!...ini dewi penjaga roh! ...wangi ini wangi melati...! harum sekali tapi penuh misteri....hiiiiihhhh....rangkaian khayal kembali memenuhi kepala Arya Dahana.

"plakkk...plakkk..." Arya Dahana merasa kedua pipinya terasa panas sekali.  Dia hanya bisa mengusap usapnya penuh keheranan.  Dewi Penjaga Roh itu marah!

"Bocah tengil!....kenapa kau melotot memandangi tubuhku?! Pikiranmu kotor ya?!" bentak wajah cantik itu galak.

Arya Dahana tersentak kaget.  Dia sekarang tersadar sepenuhnya.  Tubuh menawan, mata indah dan wajah jelita ini benar benar manusia.  Wajahnya memerah menahan malu.  Dengan tergagap gagap pemuda berkata,

"eeehhh...ooohhh...aahhhh...ma...maaf tuan putri.  Saya pikir tadi saya berhadapan dengan dewi Kwan Im...terus berubah jadi Dewi Penjaga Roh.  Tapi ternyata saya berhadapan dengan Putri Penjaga Hutan...maaf maaf..."

Mata Dewi Mulia Ratri mendelik.  Wah wah pemuda sinting ini menganggap dia sebangsa makhluk halus?!  Kurang ajar benar.  Tangannya sudah terangkat kembali untuk menampar.  Namun dia ingat satu hal.  Pemuda ini baru terjaga dari berhari hari pingsan.  Kasihan kalau begitu bangun harus sarapan tamparan berkali kali.  Lagipula wajah yang nyengir nyengir bandel itu menarik hatinya.  Ada sesuatu di mata itu yang menakjubkan.  Teubih panineungan jika kata orang sunda. 

Hah! Wah, dia mulai mengarang ngarang cerita cinta lagi.  Belum habis cerita cintanya dengan pangeran tampan Galuh Pakuan, namun kini dia sudah mengalihkan hatinya kepada pemuda tengil ini.  Memangnya ada apa antara aku dengan Andika Sinatria?  Kagum?...iya.  Suka?..iya.  Tapi cinta?...hhhhh entahlah.  Pikiran Dewi Mulia Ratri kembali jauh mengembara di ruang ruang hatinya yang paling dalam.

Setelah jeda beberapa saat, Dewi Mulia Ratri tersadar dari lamunannya ketika dikejutkan oleh suara batuk dan berdehem mengejek.  Dilihatnya pemuda tengil itu tersenyum ke arahnya dengan pandang mata geli.  Dewi Mulia Ratri bangkit lagi kegeramannya.  Pemuda ini memang perlu diberi sedikit pelajaran.  

Dilambaikannya tangan pada sebatang pohon pepaya di situ.  Arya Dahana melihat dengan jelas betapa hawa dingin keluar dari lambaian tangan gadis cantik itu.  Diperhatikannya pohon pepaya itu.  Tidak terjadi apa apa.  Namun dia terlonjak kaget saat melihat Sima Lodra melompat lompat kegirangan sambil menghampiri pohon pepaya itu.  Digosok gosokkan lehernya ke pohon pepaya itu sambil menggeram geram lirih.  Persis seperti tingkahnya saat bermanja manja dengan Dyah Puspita. 

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun