Mohon tunggu...
Mia Ismed
Mia Ismed Mohon Tunggu... Guru - berproses menjadi apa saja

penyuka kopi susu yang hoby otak atik naskah drama. pernah nangkring di universitas negeri yogyakarta angkatan 2000. berprofesi sebagai kuli di PT. macul endonesa bagian dapor

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Psychosis

1 Oktober 2019   18:36 Diperbarui: 1 Oktober 2019   19:04 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Satu-satunya obat yang saya berikan adalah, berhenti merokok dan jangan makan-makanan yang berkadar lemak tinggi."

Dr Mugni berdiri di sudut ruangan. Diambilnya sebuah benda menyerupai kotak hitam bertuliskan huruf A.

" Tapi pasien langganan saya itu tak menggubrisnya. Dia menginginkan saya menjadi tukang sulap dan menyulap penyakitnya agar sembuh total. Akhirnya dia kuberi kapsul. Memang kapsul itu bisa mengatasi serangan jantung. Tapi cuma sementara. Dan bila penyakitnya kambuh, dia datang lagi kesini dan kuberikan lagi kapsul plus beberapa resep hiburan."

Dr Mugni duduk bersebelahan dgn ibram di sofa. 

"Dokter-dokter sekarang harus mampu menjadi tukang hibur, kalau tidak, dia tak akan punya langganan tetap."

 Dr mugni berhenti sebentar. Tangannya membuka kotak hitam yang dipegangnya. Sebatang rokok dihunusnya di selangkangan jari. Menyulut ujungnya dan kemudian menyesapnya dalam-dalam. Asap mengepul keluar dari kedua lubang hidungnya dan mengembang memenuhi ruangan. Dr Mugni menatap Ibram dengan pandagan mengiba kemudian menyambungnya.

"Nah, seperti itu juga denganmu, kau telah kuberi obat yang sebenarnya, tapi kau tidak melaksanakannya."

Dr mugni kembali berdiri menuju meja kerjanya kembali.

"Sekarang kau kuberikan resep lain, yakni kau harus menggergaji tanduk di kepalamu itu. "

Ibram melotot tanpa suara. Dr mugni Duduk perlahan

"Kau harus melaksanakan o-pe-ra-si."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun