Â
I I I
Â
Dokter Sanaro meletakkan telepon di tempatnya. Wajahnya begitu cerah setelah berbicara agak lama dengan putri sulungnya. Â "Kita berhasil..!" Suaranya begitu bahagia. Zamasi, laki-laki muda yang ada di depannya ikut tersenyum. "Ini eksperimen luar biasa. Saya membayangkan akan banyak orang-orang yang kembali kepada keluarganya. Akan banyak penguasa yang akan mencintai rakyatnya. Dan bukankah hidup akan lebih indah jika semua orang saling mencintai..?"
Â
" Tentu, Dokter..." ujar Zamasi mengiyakan. Tentu saja ia senang eksperimen mereka berhasil. Ia senang Dokter Sanaro mempercayainya dalam eksperimen yang ia lakukan. " Sekarang, seharusnya Dokter mulai memikirkan mempublikasikannya. Ini eksperimen  luar biasa. Kita akan merubah sejarah dunia dengan hasil ini."
Â
"Jangan memikirkan itu lagi, Zamasi..." seru Sanaro dengan nada tak senang. "Kita sudah membicarakannya berkali-kali tentang itu. Ini bukan untuk kemasyuran nama. Bukan kekayaan yang jadi tujuan kita. Ini eksperimen kemanusiaan. Untuk sebuah cinta yang harus selalu bersatu. Untuk rasa kasih pada sesama."
Â
" Tapi, Dokter..," suara Zamasi hati-hati. Ia tahu sudah berapa kali mereka membicarakan hal ini. Tapi ia yakin dokter Sanaro salah dengan pemikirannya " Pernahkah dokter membayangkan nama Anda akan mengisi lembar sejarah dengan tinta emas. Bayangkan ada seorang ilmuwan Indonesia yang berasal dari kota kecil Gunungsitoli yang tak terkenal, sejajar dengan Freud, Â Kant, Newton atau malah para Nabi. Yang kita lakukan adalah pekerjaan, Tuhan. Malah mungkin kita telah memudahkan kerja, Tuhan."
Â