"Seharusnya kamu tak melakukan sejauh itu. Kita bukan pembunuh. Tak ada kekerasan yang membawa damai di hati, apalagi jika kekarasan hanya di balas dengan kekerasan pula." Barasi terdiam sejenak. Menarik nafas. Ia merasa lebih baik sekarang ini. Â "Tapi sudahlah. Semua sudah berakhir. Semoga tidak ada kejadian ini lagi."
Â
"Kamu tak tertarik melanjutkan impian, Bapak?"
Â
Barasi menggeleng. "Eksperimen Bapak seharusnya untuk tujuan mulia. Untuk kemanusian dan cinta. Tapi di sisi lain ada kesempatan untuk menghancurkan cinta dan kemanusiaan. Semua harus dikubur. Ini terlalu berdarah untuk diingat"
Â
"Tapi, Barasi. Ini terlalu besar untuk diabaikan. Tidakkah kamu  membayangkan nama kita akan mengisi lembar sejarah dengan tinta emas. Bayangkan ada seorang ilmuwan Indonesia yang berasal dari kota kecil Lawelu yang tak terkenal, sejajar dengan Freud,  Kant, Newton atau malah para nabi. Bukankah itu luar biasa. Siapa tahu kita bisa dapat nobel..?!"
Â
....................................................................................................................................
Â
....................................................................................................................................