Mohon tunggu...
MEIRISMAN HALAWA
MEIRISMAN HALAWA Mohon Tunggu... Guru - H sofona osara

Lahir di Gunungsitoli, 18 Mei 1979

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Eksperimen

12 November 2024   12:03 Diperbarui: 12 November 2024   12:06 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lalu hening. Laki-laki itu berdebar. Kenapa tak ada suara. Apa Tuhan masih mempertimbangkan sesuatu? Agak lama menunggu hingga terdengar Suara itu lagi. Jantungnya berdetak penuh harap. Ya..ya jantungnya berdetak lebih keras. Ia baru sadar jantungnya masih berfungsi. Memangnya di sini  jantungnya masih berfungsi? Ah...ga usah dipikirkan. Suara itu terdengar lagi. "Anakku, saya beri kamu kesempatan untuk berubah. Satu kesempatan yang tidak semua dimiliki tiap orang. Kamu harus bersukur atas kesempatan ini. Gunakanlah untuk menjadi manusia baru. Kami mengawasimu dan akan selalu berada dekat kamu."

 

"Ya, Tuhan..."

 

"Sekarang berbaringlah. Tutup matamu. Kamu akan melewati perjalanan asing yang akan melelahkan. Kembali ke dunia yang paling indah bagi makhluk ciptaan Tuhan. Lakukanlah!"

 

Laki-laki itu mengangkat tubuhnya. Ia baru sadar sejak tadi ia hanya terduduk di lantai dengan bertumpu pada ranjang di depannya. Ia berbaring meluruskan kaki dan menutup matanya. Ada perasaan bahagia yang tak bisa terucap dengan kata-kata. Ini pengalaman luar biasa. Melewati kematian yang menakutkan. Bertemu, Tuhan dan...Hei tadi itu, Tuhan atau malaikatnya. Waduh.. saya lupa mengucapkan terima kasih.

 

"Tutup matamu, Anak Muda. Perjalanan akan segera dimulai."

 

Laki-laki itu urung mengucapkan sesuatu. Nanti saja di dunia ia akan berdoa mengucap sukur. Selamatan besar-besaran. Ia akan memotong belasan ternak seperti kebiasaan orang Nias kalau  sedang pesta.  Tanpa sadar ia tersenyum. Tapi segera ia menyesalinya. Ia takut tingkahnya itu akan membuat Tuhan berubah pikiran. Maafkan, saya Tuhan.  Kemudian, tiba-tiba udara menjadi lebih dingin. Ia merasa menggigil tapi tak berani membuka matanya. Lalu sepertinya tercium bau sesuatu. Asing. Kepalanya pusing dan kesadarannya mulai menghilang.

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun