lalu, masa dimana dia berada dan bayangan identitas di masa depannya sementara remaja mengalami kebingungan identitas tidak
terjadi begitu saja, tetapi banyak faktor yang mempengaruhinya seperti terjadinya
perubahan fisik yang signifikan yang berdampak kepada perubahan penampilan diri
remaja dan perubahan perlakuan maupun penerimaan remaja di hadapan orang-orang
sekitarnya yang dapat menyulut emosi mereka menjadi labil. Faktor-faktor tersebut
membuat remaja mengalami krisis identitas.
Jika dilihat dari tolok ukur keberhasilan remaja dalam menemukan identitasnya,
dimana menurut Erikson (dalam Papalia et al., 2007) setidaknya tiga hal yang harus
diperhatikan oleh remaja yaitu masalah pekerjaan, keyakinan yang dianutnya dan juga
kepuasan seksualnya, maka remaja dapat menemukan identitasnya melalui bimbingan
dan arahan dari lingkungan terdekatnya yaitu keluarga. Tolok ukur ini jika dianalisis,