"Bagaimana dengan mama?"
"It's okay...biar nanti aku yang bicara dengan mama mu!" Aku genggam tangan Wendy, mencoba mentransfer sebagian rasa hangat pada jemarinya yang membeku.
Secara tidak langsung, peristiwa penyiksaan yang dialami Wendy menjadi sebuah komitmen yang tersirat dalam benakku bahwa suatu saat aku harus melindungi hak-hak perempuan dan anak-anak di lingkungan terdekatku.
*****
1984, Howard University
Langkahku sedikit tergesa saat menyusuri ruas jalan Georgia Ave yang hari itu nampak lengang. Di persimpangan, aku berbelok menyusuri trotoar yang sedikit menanjak. Tinggal beberapa langkah lagi, bisikku pelan. Mataku tertuju pada gerbang batu bata merah, Howard University yang sudah terlihat di ujung jalan. Sedikit berlari, aku menyebrangi 61th street yang penuh dengan mobil yang terparkir.
Pfiuuh!Â
Aku mendengus saat butir peluh berebut membasahi dahi dan ujung hidung. Cuaca bulan Juni di Washington sungguh amat cerah. Saking cerahnya aku merasa matahari adalah amoeba yang telah membelah menjadi beberapa buah.
Hari ini adalah jadwal pertemuan rutin anggota Komunitas Perempuan Berwarna. Aku begitu bersemangat setiap kali aku bergabung dan bertukar pikiran dengan mereka. Aku seperti bertemu dengan saudara kandung yang selama ini selalu tersisih oleh lingkungan sekitar. Banyak hal yang kami bicarakan, terutama tentang kehidupan kami sebagai perempuan dengan kulit berwarna.
Tak lama, langkahku terhenti di depan sebuah ruangan yang tak jauh dari kantor Unit Kegiatan Mahasiswa. Tak begitu banyak mahasiswa yang hari ini datang ke kampus. Sebagian dari mereka sudah mulai memasuki masa liburan semester musim panas.
Huffhh...Â