Mohon tunggu...
Masykur Mahmud
Masykur Mahmud Mohon Tunggu... Freelancer - A runner, an avid reader and a writer.

Harta Warisan Terbaik adalah Tulisan yang Bermanfaat. Contact: masykurten05@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kisah Santri Pendosa yang Mengajarkan Makna Kehidupan

25 Desember 2023   12:11 Diperbarui: 25 Desember 2023   15:14 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rumah makan Delima tidak butuh waktu lama untuk terkenal. Racikan bumbu dan skil memasak yang ia miliki mengantarkan ia pada sebuah keberuntungan.

Sekali lagi, nasib baik datang di penghujung kisah hidupnya. Sebagaimana amanat Buya yang diterima, Bersedekahlah! Bahar tidak pernah menyimpan uangnya, kecuali untuk niat berhaji. Itupun hanya 10 ribu perhari.

Sisanya ia sedekahkan dan memberi makan siapa saja yang mampir di rumah makan miliknya. Tak terhitung, dari pengamen sampai peminta-minta rajin menghampiri warung nasinya. 

Tidak perduli siapa mereka, Bahar akan selalu melayani dengan sabar dan tanpa meminta bayaran. Itulah Bahar, lelaki paruh baya yang berhasil merubah siapapun yang berada didekatnya.

Tak terkecuali kota terakhir persinggahannya, semua orang mengenal Bahar sebagai seorang pemurah, ta'at beragama dan tak segan membantu siapapun. 

Sampai tabungan yang Bahar kumpulkan selama tujuh tahun untuk naik haji ia serahkan pada dua orang yang tidak sengaja meminta belas kasihnya. 

Bahar menyerahkan semua tabungannya untuk menyewa sebuah rumah demi anak-anak yatim. Niat berhaji pun hilang, namun ia tidak pernah menyesal. 

Baginya, membantu orang lain adalah harga mati. Apapun konsekuensinya akan dilakukan. 

Itulah Bahar, seorang santri istimewa yang penuh misteri. Akhir hayatnya sungguh indah. 

Bahar meninggal dalam keadaan bersujud di shalat subuh terakhirnya. 

Kabar meninggalnya Bahar tersiar cepat. Semua tetangga datang membesuk, ribuan membesut jenazahnya untuk terakhir kali. Kebaikannya datang menghampiri dalam wujud ribuan orang asing. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun