Ternyata, kabar angin perceraian terbang kemana-mana. Itu kabar baik untuk Bahar, sekaligus kabar buruk bagi gadis cantik berperawakan Tionghoa.
Betapa tidak, belum lagi genap setahun menikah, gadis cantik Nan putih ini sudah bercerai. Ada kisah kelam dibalik semua itu.
Cinta Bahar bersemi kembali, seakan nasib baik kini memihak padanya. Lantas, apa yang terjadi? apakah Bahar berani mengungkapkan perasaannya?
TIDAK!
Beberapa kali Bahar mengajak gadis cantik ke pustaka dan menikmati makan bersama, tapi lidahnya tetap kaku untuk mengungkapkan apa yang dipendam.
Sampai suatu ketika, sang pujaan hati datang ke toko Bahar sambil menangis dan mengadu jika ia bakal dilamar. Bahar tetap dingin, tidak berani mengeluarkan harta karun yang dipendamnya.
"lalu kenapa kamu datang kemari"? tanya Bahar seakan bingung!
"Bukankah kamu mencintaiku, Bahar?" tanya gadis putih manis itu.
"ya, benar" jawab Bahar singkat dan padat.
"lalu, kenapa tidak melamarku segera" gadis itupun kembali berlari pulang.
Sungguh sebuah dilema bagi Bahar. Ia terlihat ragu tapi mau. Asistennya meyakinkannya untuk segera mengambil kesempatan langka ini. "cepat Bahar, buat keputusan sekarang", ucapnya.