Mohon tunggu...
Masykur Mahmud
Masykur Mahmud Mohon Tunggu... Freelancer - A runner, an avid reader and a writer.

Harta Warisan Terbaik adalah Tulisan yang Bermanfaat. Contact: masykurten05@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kisah Santri Pendosa yang Mengajarkan Makna Kehidupan

25 Desember 2023   12:11 Diperbarui: 25 Desember 2023   15:14 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Singkat cerita, mereka bertiga dipanggil dan diminta untuk mengakui apa yang sudah diperbuat. Ketiga anak ini pada awalnya tidak ingin mengakui perbuatan jahil mereka.

Buya berhasil memandu mereka untuk mengakuinya. Apa boleh buat, salah satu dari mereka terpaksa segera berkata jujur. 

Walaupun dicap sebagai santri paling nakal di pondok, Buya berjanji tidak akan mengeluarkan mereka dan memberi satu hukuman yang sama sekali tidak pernah dibayangkan oleh ketiga bocah ini.

"kalian bertiga saya tugaskan untuk mengemban satu misi yang belum diselesaikan ayahku" begitulah pinta Buya.

Buya mulai bercerita jika dulunya ada seorang murid yang sangat nakal, bahkan melebihi kenakalan yang sudah diperbuat ketiga santri ini.

Nama lengkapnya Bahar Safar, seorang anak yatim piatu yang diantar neneknya untuk mengenyam pendidikan di pondok yang dikelola Buya puluhan tahun silam. 

"jika kalian bisa menyelesaikan misi yang diamanahkan ayahku, maka kalian saya anggap telah menyelesaikan sekolah disini dan saya ijinkan pergi" tambah Buya meyakinkan.

Ketiga anak ini merasa senang. Bukan tanpa alasan tentunya, sudah lama mereka ingin keluar dari pondok karena tidak betah dengan aturan. Itu juga alasan mengapa mereka terus menerus berbuat ulah.

Ini merupakan misi spesial yang tidak pernah ditugaskan kepada siapapun. Tidak pernah dibayangkan, seorang pimpinan pondok yang begitu dihormati mempercayai ketiga anak nakal ini untuk menyempurnakan amanah ayahnya.

Sebuah amplop diserahkan, lengkap dengan sejumlah uang dan daftar alamat alumni. "Ambil ini untuk memandu kalian. Hubungi nama-nama yang ada di daftar ini dan gunakan uang ini untuk keperluan diperjalanan" begitulah amanah Buya.

Sempat terbesit dalam hati seorang anak untuk mengambil uang dalam amplop dan kabur, tapi dua lainnya tidak setuju. "Buya akan tahu apa yang kita lakukan" kata mereka. 

Perjalanan Dimulai

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun