Mohon tunggu...
Rama Dio Syahputra
Rama Dio Syahputra Mohon Tunggu... Lainnya - Seorang pelajar Indonesia di Perancis.

Saya senang memaknai dunia manusia yang hanya sementara ini. Di antara kebebasan dan keinginan, saya menghakimi makna itu dengan ditemani diri saya sendiri.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pergi untuk kembali 2

23 April 2020   04:03 Diperbarui: 23 April 2020   23:01 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Di sini semua bermula dan berakhir Picture By : Rama Dio Syahputra

Pertemuan

Di kala itu aku baru saja meraih gelar sarjana. Kehidupan terasa ringan dan sama sekali tidak ada beban. Seorang bujangan yang sedang merasakan kebebasan karena kewajibannya yang sudah selesai. Aku ingat sekali momen kemerdekaanku itu, tidak ada yang mengalir di tubuh selain rasa bangga dan bahagia, aku merayakan kelulusanku sebagai seorang sarjana muda di Perancis. Semua keluarga dan kerabat terdekatku pun ikut senang, sampai suatu ketika aku ditanya oleh adik laki-lakiku yang menghubungi melalui telepon.

"Mas! Selamat ya! Aduh , aku mau banget main ke sana..."

"Iya, Dek. Makasih ya," aku tertawa kecil, "kamu harus ke sini nanti, De! Kita jalan-jalan."

"Eh, iya! Artinya kalau kuliah Mas sudah selesai, Mas akan pulang, dong?!" Serunya dengan semangat.

Pertanyaan dari Danil itulah yang membuatku berhenti merayakan kelulusanku. Aku menjawabya belum tahu karena memang benar-benar tidak tahu. Entah aku akan langsung pulang atau tidak, yang jelas pertanyaan itu selalu menghantuiku sebelum tidur. Karena keinginanku untuk pulang ke Jakarta semakin berkurang setiap harinya, aku menjadi betah sekali. Namun, terkadang rasa rinduku terhadap keluarga semakin terus bertambah.

Pada akhirnya, di musim gugur itu aku telah memutuskan untuk tinggal dua bulan lagi di Perancis, yang sebetulnya keputusan itu hanyalah sebuah bentuk penundaan terhadap kelabilanku. Walaupun begitu, aku menikmati perpanjang waktuku.

Di salah satu kota kecil bernama Albertville, aku bekerja paruh waktu sebagai pengantar surat kabar. Sebuah pekerjaan yang cocok untukku karena ia tidak perlu menghabiskan banyak waktu. Cukup tiga jam sampai empat jam dalam sehari saja dan juga aku melakukannya di saat hari masih sangat pagi. Seringnya, aku mengtarkan koran-koran itu dengan menaiki sepeda, badan yang masih mengantuk pun sudah terbiasa sekali melakukannya. Lalu, setelah pekerjaanku selesai, apa yang biasanya akan kulakukan? Ya, apa lagi selain bermain di alam.

Di balik rutinitasku yang cukup menyenangkan itu terdapat kegundahan yang begitu mendalam. Aku bahagia dan senang sekali hidup di Perancis atau di desa kecil seperti Albertville, gunung-gunungnya yang tinggi dan menakjubkan itu membuatku lupa akan kata pulang. Namun, aku pun tahu bahwa sebenarnya kegundahan itu hanya membuatku berlari lebih jauh dan mencari kesenangan yang sementara saja.

Entah dengan cara mendaki gunung atau apa, aku selalu menyadari kalau semua itu kulakukan agar tidak bersedih ketika suatu hari nanti harus pulang. Di antara kesedihan dan kebahagiaan itu aku merasakan suatu kesendirian. Rasa sepi yang selalu datang ketika sedang merindukan, sekalipun aku tidak memintanya namun ia selalu menemaniku disaat segala kesibukanku sudah selesai dilakukan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun