"Radhi, aku tahu kamu bingung sekali sekarang. Tapi kamu harus percaya denganku. Kamu percaya denganku, kan?" Tanyanya.
"Aku tidak pernah tidak." jawabku lirih.
Dia menatapku dalam sekali, lalu. "Kamu sudah mati, Radhi."
Mendengarnya, aku langsung duduk lemas di tanah. Clara pun meraih kedua tanganku dan berusaha membantuku berdiri lagi.
"Dia tidak bilang ke kamu, ya?" kami berdua diam sesaat, "Pantas saja! Dasar! padahal aku sudah bilang kepadanya kalau kamu adalah orang yang tidak suka dibuat seperti ini. Aku minta maaf ya..."
"Aku belum mengerti semua ini, Clara. Aku benar-benar tidak mengerti. Apa maksudmu aku sudah mati?" Tanyaku yang masih kebingungan.
"Sebelum dia bertemu denganmu di bawah pohon itu, dia sudah bilang ke aku kalau kamu sebentar lagi akan sampai di sini. Kamu lupa, ya?" Ungkap Clara.
"Lupa apa?"
"Sejak kamu memilih untuk beristirahat sebentar di batu itu... kamu sudah tiba di sini, Dhi. Tubuhmu sudah tidak kuat sama sekali. Aku selalu bilang untuk jangan pernah memaksakan diri, kan? Tapi kamu memang benar-benar tidak pernah mendengarkanku."
Tiba-tiba aku teringat kembali semuanya. Batu lebar itu, daun-daun yang berwarna, dan juga aku yang memejamkan mata karena kelelahan. "Clara..."
"Ya?"