"Loh, dulu kamu tidak memilikinya, kan?"
"Maksudmu?"
"Iya! Dulu ketika kamu muda. Kamu tidak takut mati, kan? Menantang maut ke sana dan kemari." Tanyanya sambil berdiri lagi untuk mengumpulkan bunga.
Keherananku kepada Alice sudah berkurang, jadi aku tidak bertanya lagi bagaimana dia bisa tahu tentang ini atau pun itu dari diriku. "Itu semua sudah berlalu. Aku sudah berubah. Nanti kamu akan merasakannya ketika kamu sadar bahwa umurmu telah bertambah."
Dia memberikan senyuman sinis kepadaku dan berkata. "Lemah sekali dirimu. Apa kehidupan telah memukulmu sekeras itu? Sampai-sampai kamu berubah menjadi kakek tua yang lemah seperti sekarang."
"Aku tidak lemah. Semua itu karena waktu yang dapat merubah setiap orang, termasuk aku." Jelasku.
"Jangan berbicara waktu denganku, Radhi! Pemahamanmu masih sangat dangkal akan itu..." Ungkap Alice dengan sangat tegas.
Aku sedikit tersindir dengan ejekannya. "Memangnya apa yang kamu ketahui tentang waktu?"
"Cinta saja kamu tidak tahu artinya, apa lagi waktu. Sudahlah kalau aku menjelaskannya pun, orang tua sepertimu pasti tidak akan mengerti..."
Aku menatapnya heran dan memintanya lagi. "Setidaknya beri aku penjelasan sedikit saja."
"Nanti kamu akan tahu dan mengerti sendiri, aku berjanji." Ujar Alice yang sedang memilih bunga-bunga kecil yang telah dikumpulkannya.