"Aku minta maaf..." aku langsung mencium dahinya lalu memeluk kencang tubuh indahnya itu. "Aku meninggalkan anak-anak dan Alice si kecil. Tidak seharusnya mereka kehilanganku dengan cara seperti ini."
Clara mengusap lembut pundakku. "Mereka semua pasti mengerti. Aku yakin suatu hari nanti anak-anak akan mengenal betapa besar cinta orang tua mereka, dan sudahlah... lagi pula tanggung jawabmu itu sudah lama selesai. Jangan kamu sedihi lagi, ya? Aku sudah bersamamu sekarang."
Aku mencium bibir merah mudanya yang lembut itu. Rasa akan kehadiran satu sama lain langsung terlahirkan kembali. "Clara. Aku rindu sekali denganmu, aku benar-benar rindu denganmu... kamu tidak akan meninggalkanku lagi, kan?" Tanyaku lirih.
Clara tertawa kecil. "Aku tidak pernah meninggalkan kamu, Radhi," kami masih berpelukan lagi dan belum berhenti melepaskan rindu satu sama lain, lalu tiba-tiba saja, "Wah! Hujan! Dhi, ayo kita masuk ke dalam! Banyak sekali yang kamu harus ceritakan kepadaku!, aku tidak sabar untuk mendengarkannya."
Aku memutarkan badan ke belakang untuk yang terakhir kalinya. Lalu, dari kejauhan terlihat dia yang memilih kupanggil sebagai Alice itu sedang menatap ke arah kami berdua. Kemudian, dia melambaikan tangannya dan tersenyum lebar sekali, sebuah senyuman polos dari seorang anak kecil. Sambil mengacungkan jempolnya ke arahku, dia mengangguk-anggukan kepalanya, seolah-olah dia merasa berhasil karena sudah membuatku bahagia. Aku pun membalas kembali senyumannya itu dan langsung masuk ke dalam rumah.
Akhirnya aku kembali bersamamu Clara.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H