Mohon tunggu...
marzani anwar
marzani anwar Mohon Tunggu... -

Peneliti Utama at Balai Litbang Agama Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Penjemputan Eks Gafatar di Batam

23 Maret 2017   12:07 Diperbarui: 23 Maret 2017   12:16 363
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Keluarga eks Gafatar, diminta untuk menampung mereka menanggung biaya hidup mereka.

Menurut pihak Polresta Barelang, yang diperkuat oleh Binda (Badan Inteligen Daerah) para anggota Gafatar memang harus tetap dalam pengawasan. Jangan ada lagi melakukan kegiatan yang keluar dari ketentuan pemerintah, yang menjurus pada tindakan ekstreem. Apabila terdapat indikasi ke arah itu, pihak keluarga diminta segera melaporkan kepada pihak berwajib.

Sementara beberapa keluarga keberatan menerima para eks Gafatar, dengan alasan yang berbeda beda, antara lain: harta benda termasuk rumah atasnama yang bersangkutan sudah dijual semua untuk berangkat ke Kalimantan; kondisi keluarga memang dalam keadaan pas pasan, sehingga kalau harus menampung anggota keluarganya yang eks Gafatar, sangat memberatkan; ada keluarga di mana mereka memang tidak lagi  punya saudara kandung, sehingga yang harus menanggung adalah saudara yang jauh.

Terhadap mereka-mereka yang menghadapi masalah tersebut, kepulangannya dijemput oleh pimpinan eks Gafatar sendiri. Mereka ditumpangkan di rumah sewa secara bersamaan. Biaya sewa rumah dan makan ditutup dengan cara saling memberikan bantuan satu sama lain.

            Para eks Gafatar mengaku mengeluh, karena merasa tidak melanggar hukum, tapi memperoleh perlakuan tindak kekerasan, rumah dibakar, dijemput paksa, “padahal kami membangun rumah dengan keringat sendiri. Terhadap kekerasan tersebut sampai sekarang tidak ada pengusutan terhadap para pelaku. Kami menuntut agar tidak ada tebang pilih dalam masalah hukum. Rumah tinggal dan sawah yang kami tinggalkan, yang katanya akan dikembalikan haknya. Tapi sampai sekarang, tidak ada kejelasan”[16], katanya.

Preview

Ketidaksediaan para eks Gafatar diberikan pembinaan melalui pendekatan agama (Islam) telah menunjukkan bahwa  telah terjadi konversi agama dalam tubuh Gafatar. Cara pembinaan itu semata-mata karena disesuaikan dengan identitas mereka yang tertulis di KTP. Masalah yang sebenarnya tidaklah sesederhana itu.

Dengan melihat fakta di lapangan, dan dikua

tkan dengan referensi yang ada, ternyata pada kelompok eks Gafatar telah tertanam ajaran keagamaan yang dikenal dengan Millah Abraham, yang dibawakan oleh Ahmad Moshaddeq pendiri kelompok al-Qiyadah. Dalam konteks ini, Moshaddeq, dipandang sebagai figur dominan, yang dikenalnya sebagai tokoh panutan. Dikenal juga sebagai seorang messianis. Istilah messianis biasa digunakan untuk menjelaskan tentang sebuah gerakan yang membawa nama al-Masih, putra Maryam yang dipercayai akan lahir kembali dan memberi peringatan kepada umat manusia. Kelahiran kembali itu pada kurun waktu tertentu, setelah kewafatannya di tiang salib. Keyakinan akan adanya kebangkitan kembali, itu ada pada agama Islam dan pada agama Kristen[17].

Ahmad Moshaddeq sebagai pemimpin gerakan al-Qiyadah, diyakini oleh para pengikutnya, adalah sebagai “juru selamat akhir zaman”. Keterangan kearah itu muncul, secara tidak langsung dari para eks Gafatar. Mereka memberikan argumentasi, kenapa keluar dari Islam mainstream, berikut argumentasi di sekitar pembentukan komunitas baru, isu ingin menegakkan kedaulatan pangan, dan beberapa alasan teologis lainnya.

Messianisme gerakan Moshaddeg dengan Gafatarnya, tidak jauh berbeda dengan gerakan Komunitas Eden, yang lahir di Jakarta sekitar tahun 1997. Sebagaimana pengakuan sang pendiri komunitas tersebut, yakni Lia Aminuddin, mengklaim mendapatkan wahyu untuk mendirikan “kerajaan tuhan” di muka bumi. Dalam sebuah ungkapannya sang pimpinan Eden menyatakan, bahwa “Seluruh umat manusia di dunia ini Kuwajibkan takluk kepada-Ku dan bersedia mentakzimi Kerajaan-Ku, karena Aku berfirman dan memberi fatwa dan petunjuk-petunjuk hanya melalui Kerajaan Eden yang segera Kuberkuasakan. Itu karena semua para Rasul Eden yang tersisa sudah Kupatutkan suci mutlak. Mereka sudah Kuseleksi secara ketat.[18] Kata “Ku” dalam ungkapan ini bermakna, bahwa Lia sebagai pimpinan komunitas telah menempatkan diri sebagai media suara Tuhan. Dia menyeru kepada seluruh umat manusia di dunia untuk mentaati Lia Eden. Karena dia adalah orangnya yang saat ini diberikan kewenangan Tuhan untuk mengatur dunia[19].

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun