“Sekarang begini deh, jika kau tidak punya penghasilan yang cukup, suatu hari kelak masa depan keluargamu akan dipertaruhkan lho, Bro! Kasihan Clarissa …” ujar Akira. “No offense ya.”
“Tenang, Bro. Aku dan Clarrissa sudah pernah mendiskusikan hal ini kok. Semuanya kan berawal dari P.I.L.I.H.A.N.” jawab Satria tenang. “Hal-hal preventif yang bisa kita pilih dan lakukan sejak sekarang, maka kita akan lakukan, Bro.” ujar Satria sambil tersenyum.
“Dengan cara mengambil pilihan yang realistis, kan?” Tanya Akira menyelidik.
“Clarrisa tahu aku melakukan profesiku dengan penuh cinta. Namun, tidak bisa dipungkiri profesiku ini rentan disalahartikan sebagai bentuk ‘sebuah pengabdian’ belaka. Istilah pengabdian sering mengacu pada anggapan umum yaitu, kami – sebagai guru – senantiasa mengedepankan hati kami yang terbeban untuk mendidik murid-murid’. Kami dianggap tidak mempermasalahkan berapa pun upah yang kami terima. Sisi profesionalisme pun terpinggirkan. Untunglah Clarrissa membukakan mataku tentang itu.”
Akira mengernyitkan kening.
“Sebagai guru, aku dituntut melakukan perkerjaanku secara profesional,” lanjut Satria. “Aku memilih untuk melanjutkan kuliah S2 demi meningkatkan profesionalisme sebagai guru. Bicara bekerja secara profesional di bawah suatu institusi pendidikan, tentu saja ini merupakan hubungan dua arah yaitu antara si pekerja dan si pemberi kerja. Sama halnya dengan profesi yang lain juga kan?
Akira mengangguk setuju.
“Sebagai pekerja, aku berhak memperoleh upah yang layak dari si pemberi kerja. Hal itu tentu dilakukan saat negosiasi kerja. Saat itulah aku mulai menerapkan prinsip realistisku sebagai guru profesional, Bro…” ujar Satria.
“Prinsip realistis seperti apa?” Tanya Akira.
“Dalam profesiku, ada dua macam konsumen yaitu konsumen langsung dan konsumen tidak langsung. Murid-muridku merupakan konsumen langsung, sedangkan para orang tua murid adalah konsumen tak langsung. Posisiku sebagai si pekerja, sedangkan pihak sekolah merupakan si pemberi kerja. Aku melakukan proses negosisasi dengan pihak sekolah sebelum aku terikat hubungan kerja dengan mereka sebagai tenaga guru profesional.”
“OK, lalu?” Tanya Akira sambil membetulkan posisi duduknya.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!