Mohon tunggu...
Maria Theressa
Maria Theressa Mohon Tunggu... Guru - Seorang praktisi pendidikan yang senang belajar, menulis, dan dikritisi. Karena segala pujian hanya milik Sang Pencipta semata. Akun twitter : @hommel_edu

Seorang praktisi pendidikan yang senang belajar, menulis, dan dikritisi. Karena segala pujian hanya milik Sang Pencipta semata.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Suatu Senja di “Talky Talk Lounge”

20 November 2015   08:28 Diperbarui: 28 November 2015   19:19 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

“Sekarang begini deh, jika kau tidak punya penghasilan yang cukup, suatu hari kelak masa depan keluargamu akan dipertaruhkan lho, Bro! Kasihan Clarissa …” ujar Akira. “No offense ya.

“Tenang, Bro. Aku dan Clarrissa sudah pernah mendiskusikan hal ini kok. Semuanya kan berawal dari P.I.L.I.H.A.N.” jawab Satria tenang. “Hal-hal preventif yang bisa kita pilih dan lakukan sejak sekarang, maka kita akan lakukan, Bro.” ujar Satria sambil tersenyum.

“Dengan cara mengambil pilihan yang realistis, kan?” Tanya Akira menyelidik.

“Clarrisa tahu aku melakukan profesiku dengan penuh cinta. Namun, tidak bisa dipungkiri profesiku ini rentan disalahartikan sebagai bentuk ‘sebuah pengabdian’ belaka. Istilah pengabdian sering mengacu pada anggapan umum yaitu, kami – sebagai guru – senantiasa mengedepankan hati kami yang terbeban untuk mendidik murid-murid’. Kami dianggap tidak mempermasalahkan berapa pun upah yang kami terima. Sisi profesionalisme pun terpinggirkan. Untunglah Clarrissa membukakan mataku tentang itu.”

Akira mengernyitkan kening.

“Sebagai guru, aku dituntut melakukan perkerjaanku secara profesional,” lanjut Satria. “Aku memilih untuk melanjutkan kuliah S2 demi meningkatkan profesionalisme sebagai guru. Bicara bekerja secara profesional di bawah suatu institusi pendidikan, tentu saja ini merupakan hubungan dua arah yaitu antara si pekerja dan si pemberi kerja. Sama halnya dengan profesi yang lain juga kan?

Akira mengangguk setuju.

“Sebagai pekerja, aku berhak memperoleh upah yang layak dari si pemberi kerja. Hal itu tentu dilakukan saat negosiasi kerja. Saat itulah aku mulai menerapkan prinsip realistisku sebagai guru profesional, Bro…” ujar Satria.

“Prinsip realistis seperti apa?” Tanya Akira.

“Dalam profesiku, ada dua macam konsumen yaitu konsumen langsung dan konsumen tidak langsung. Murid-muridku merupakan konsumen langsung, sedangkan para orang tua murid adalah konsumen tak langsung. Posisiku sebagai si pekerja, sedangkan pihak sekolah merupakan si pemberi kerja. Aku melakukan proses negosisasi dengan pihak sekolah sebelum aku terikat hubungan kerja dengan mereka sebagai tenaga guru profesional.”

“OK, lalu?” Tanya Akira sambil membetulkan posisi duduknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun