Setelah pesta, saat semua tamu pulang, Melati dan Rian duduk berdua di beranda rumah. Mereka berbicara tentang rencana masa depan, tetapi Melati merasakan ketegangan di antara mereka.
"Rian, apa rencanamu ke depan?" tanya Melati, penasaran.
"Aku ingin kembali ke luar negeri. Ada proyek besar yang menantiku," jawab Rian, tatapannya kosong.
"Jadi, kamu akan pergi lagi?" Melati menelan ludah, hatinya serasa ditusuk.
"Ya, aku... aku harus mengambil kesempatan ini," Rian berkata, tampak ragu.
"Aku mengerti. Kamu harus mengejar mimpimu," Melati berusaha tersenyum, meskipun air mata mulai menggenang di matanya.
"Melati, aku ingin kamu tahu, kamu adalah bagian terpenting dalam hidupku. Tapi aku juga harus fokus pada karirku," Rian menjelaskan, berusaha meyakinkan Melati.
"Aku tidak akan pernah menghalangimu, Rian. Tetapi, kita sudah berjanji untuk saling mendukung," balas Melati, suaranya mulai bergetar.
Mereka terdiam sejenak, saling menatap. Melati merasa bahwa waktu yang mereka miliki semakin sedikit.
"Rian, aku ingin kamu tahu bahwa aku mencintaimu. Dan aku akan selalu mencintaimu, tidak peduli di mana kamu berada," Melati berkata, tulus.
Rian tersenyum, tetapi matanya terlihat sedih. "Aku juga mencintaimu, Melati. Itu tidak akan pernah berubah."