"Mari kita rayakan kesuksesan kita!" seru Rian, dan mereka berjalan berdua ke sebuah restoran kecil di desa untuk merayakan hari itu.
Selama makan malam, mereka bercerita tentang perjalanan masing-masing. Rian menceritakan semua yang ia lakukan di luar negeri, sementara Melati membagikan pencapaian akademisnya. Mereka tertawa, berbagi cerita, dan merasa seolah tidak ada yang berubah.
Namun, saat pembicaraan berlanjut, Melati merasakan ada sesuatu yang mengganjal di hati Rian. Ia tampak ragu-ragu dan lebih sering memeriksa ponselnya.
"Rian, ada apa?" tanya Melati, khawatir.
Rian menarik napas dalam-dalam. "Melati, aku... aku ingin mengatakan sesuatu."
Melati menahan napas, merasakan ketegangan di udara. "Apa itu?"
"Aku mendapat tawaran untuk bekerja di luar negeri lagi. Ini kesempatan yang bagus, dan aku sangat ingin menerimanya," ucap Rian.
Hati Melati terasa hancur. "Jadi, kamu akan pergi lagi?"
"Tidak sekarang. Tapi aku harus memikirkannya. Ini adalah kesempatan langka untukku," Rian menjelaskan, wajahnya terlihat bingung.
Melati berusaha mengerti. "Rian, aku tidak ingin menghalangimu. Ini adalah mimpimu, dan kamu harus mengejarnya."
"Aku tidak ingin meninggalkanmu," jawab Rian, suaranya bergetar.