''pahlawan adalah mereka yang menyelamatkan negara dan mati demi negara. Tentu, aku ingin menjadi pahlawan dan di idolakan banyak orang (dengan wajah penuh tekanan sambil bersujud bak minta belas kasih). Namun, aku menyesal akan insiden yang kulakukan di Indonesia itu. Aku hanya mengikuti pendidikan khusus agar aku bisa melupakan insiden itu, bukan untuk ikut serta dalam menjajah lagi" jawab Joosh
        "Ladies and Gentleman (para hadirin sekalian) saya sebagai Pangeran Felix Gilbert Ferdinand II Mengajak kalian semua untuk pro terhadap kami yang akan menyatukan Indonesia di bawah kendali kami. Fraksi Nastru adalah salah satu parasit yang sangat membahayakan kedaulatan semua negara. Pahlawan adalah mereka yang menyelamatkan negara nya. Ayo berikan kekuatan dan dukungan kalian untuk membantu Pasukan KNIL kami untuk membantai semua warga sipil dan militer mereka yang berpihak pada Nastru" ujar Pangeran Felix Gilbert Ferdinand II
        Di sambut dengan sorak sorai dan tepuk tangan oleh parah pemirsa.
        "kau mendengarnya Joosh Jogi brown? Orasi yang telah disampaikan olehnya?" tanyaku
        Joosh hanya diam membisu dan kebingungan ia pasrah seperti sudah siap dengan kematiannya.
Aku mengulurkan tanganku padanya.
        " kita sama joosh, kau ingin menjadi pahlawan bagi negaramu dan aku pun begitu. Namun hanya saja cara kita berbeda ''ungkapku sambil menusuk joosh dengan pisau lalu menendangnya hinnga jatuh tersungkur dan melemparkan nya sebuah granat. Aku lansung naik ke panggung yang jalan nya sudah ku lubangi dan ku atur serapih mungkin.
        "dengan menghancurkan kedaulatan mereka dengan mengdisintegrasikan bangsa mereka maka kita akan menang. Kalian semua akan mendapatkan hasil yang tercipratkan" pernyataan menohok Pangeran Felix Gilbert Ferdinand II
        Saat ia akan kembali bersuara. Kini langkahnya terhenti dan harus berhenti untuk selamanya. Aku menusuk jantungnya dari belakang dan segera memberi sinyal dengan menggunakan pistol suar berwarna hijau yang menandakan "dimulai". Para militer dan kepala negara lainnya tersontak kaget akan hal ini dan tercengang saat sang pemimpin fraksi Nastru berada di balik punggung Pangeran Felix Gilbert Ferdinand II dengan pisau yang ditusukan padanya. Para tentara KNIL bersiap untuk membidik ku. Namun, mereka terlambat aku segera memencet tombol pengkatif bom yang lansung menghancurkan tubuh para kepala negara , pejabat tinggi militer Belanda, meledakan sebagian alutsista dan armada yang terpampang. Mereka kepala negara yang tak bisa apa apa hanya lari terbecir becir kesana kemari menyalamatkan dirinya sendiri. Akibat ledakan itu hampir benar benar menghancurkan semua tempat destinasi dan tentunya kota amsterdam belanda yang sudah kami pasangi bom di berbagai area. Aku lansung disambut timku  dan lansung menaiki mobil jeep untuk pergi dari belanda dengan menggunakan pesawat yang bandaranya sudah di blokade oleh para penyamar dari indonesia yang tak lain adalah pasukan nastru kami yamg telah menyiapkan plan sejauh ini. di saat dalam perjalanan, kami dikejar oleh pihak serdadu belanda yang masih hidup.
        Kami sudah sampai di bandara, dan kami menaiki pesawat angkutan militer yang sangat besar. Akan tetapi, banyak dari luar bandara yang meluncurkan roket launcher kepada pesawat kami. Yang menyebabkan kami mengalami banyak kendala. Tapi, tetap saja kami berhasil pergi. Namun, sebelum pergi kami memberikan sebuah seni yang indah yaitu ledakan yang sangat besar  seperti kejadian bom atom untuk menghancurkan kota Amsterdam dan Holland serta membawa pasukan belanda yang tersisa tuk dijadikan sandra.
Setelah sampai di negara Indonesia, kami segera meringkus para penghianat bangsa dengan melakukan gebrakan yang besar. Saat itu rupanya ada sebagian yang menolak memihak pada kami dan malah lebih memilih penghianat. Agak kerepotan. Namun, akhirnya kami berhasil menangkap dan mengadili para penghianat negara. Sambil menunggu mempersiapkan projek phoenix, aku pergi ke rumah linda bersama sebagian regu yang ku perintahkan. Linda adalah orang yang dekat denganku bahkan ia sangat perhatian padaku. Namun, saat aku pergi untuk menyusup ke Belanda, kami sudah tidak pernah bertemu dan berkontak. Itulah pahitnya beban yang menjadi takdir dalam kehidupan tapi apa boleh buat ? aku akan memprioritaskan negara dan bangsa ini di atas segala -- galanya. Itulah jalanku.